Pages - Menu

Tuesday 4 August 2015

Dieng Culture Festival 2015: Jazz, Lampion & Ritual Cukur Rambut Gimbal


Dieng Culture Festival  (DCF) 2015 merupakan salah satu event tahunan yang secara rutin digelar di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng secara geografis berada dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara dan sebagian di wilayah Kabupaten Wonosobo.  Dieng Culture Festival merupakan kegiatan kebudayaan yang digagas oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, yang dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi, sekaligus sebagai promosi potensi wisata alam di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Acara utama dalam Dieng Culture Festival adalah ritual cukur rambut anak gimbal, dimana dalam tradisi masyarakat di Dataran Tinggi Dieng, anak gimbal, jika hendak dicukur rambutnya harus melalui prosesi ruwatan yang sakral. Tradisi tersebut masih bertahan bertahan hingga saat ini. Dieng Culture Festival merupakan salah satu contoh event yang baik dalam menyatukan seni, budaya, tradisi, alam dan tentunya industri kreatif dalam satu event. Tentunya, kolaborasi ini menghasilkan suatu event dengan daya tarik yang unik, dan menarik. Festival budaya ini, kini memasuki tahun ke-6 penyelenggaraan pada tahun 2015, dengan mengambil tajuk The Culture of Harmony. Dieng Culture Festival diselenggarakan pada 31 Juli hingga 2 Agustus 2015.
Suasana ritual pencukuran rambut gimbal di depan Candi Arjuna

Hari Pertama DCF 2015
 
Suasana keramaian Jazz Atas Awan DCF 2015
Dieng Culture Festival (DCF) 2015 memiliki tiga acara utama, yaitu acara Jazz Atas Awan, festival lampion dan kembang api, serta rangkaian upacara adat pencukuran rambut gimbal, sebagai acara puncak DCF. Pembukaan DCF 2015 dilakukan pada 31 Juli 2015, dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo. Pada malam harinya, acara Jazz Atas Awan diselenggarakan mulai pukul 19.00 WIB. Jazz Atas Awan menghadirkan beberapa penampil, seperti AbsurdNation, Geodipa Energi, HajarBleh, The Lounge, Jammers Instrumental hingga Sujiwo Tejo, seniman nyentrik yang diundang sebagai bintang tamu utama pada penyelenggaraan Jazz Atas Awan tahun ini. Ternyata, penyelenggaraan Jazz Atas Awan sudak masuk tahun ke-3. Sebagai puncak hari pertama gelaran budaya DCF 2015, Jazz Atas Awan berhasil menyedot perhatian ribuan penonton. Penyelenggaraan Jazz Atas Awan dilakukan di Pelataran Timur Kompleks Candi Arjuna. Sensasi berbeda menikmati alunan musik jazz di tengah suhu dingin Dataran Tinggi Dieng (2200 mdpl). Uniknya lagi, para pemegang tiket VIP DCF 2015 dapat menonton jazz sambil membakar jagung yang dibagikan panitia atau sekedar menghangatkan tubuh dengan anglo yang sudah disiapkan panitia. Walaupun demikian, penonton tanpa tiket juga dapat menikmati acara jazz tersebut, meskipun hanya dapat menonton di luar pagar pembatas. Pada malam itu, seluruh bintang tamu tampil luar biasa, terutama Sujiwo Tejo, yang membius semua jancukers yang hadir pada DCF 2015. Acara Jazz Atas Awan berlangsung hingga pukul 01.00 WIB, menandakan selesainya penyelenggaraan DCF 2015 hari pertama.

Sujiwo Tejo, salah satu penampil Jazz Atas Awan 2015

Hari kedua DCF 2015
Kembang api dan lampion di langit Dieng
Pada hari kedua penyelenggaraan DCF 2015, dimulai dengan acara ekspedisi mengejar sunrise di Bukit Pangonan, dilanjutkan dengan penanaman pohon dan acara jalan sehat serta minum purwaceng bareng. Kegiatan ini membuktikan bahwa DCF mampu mengkolaborasikan dengan baik seni, budaya, alam dan kesehatan dalam satu event saja. Pada hari kedua DCF 2015, festival lampion dan kembang api yang menjadi puncak acara, diselenggarakan pada malam hari. Pada pukul 19.00 WIB, ribuan orang tumpah ruah di Pelataran Candi Arjuna. Khusus pemegang tiket DCF, panitia membagikan satu buah lampion yang akan diterbangkan bersama-sama. Untuk acara lampion ini, penonton yang tidak mempunyai tiket dapat masuk area lampion, namun bedanya mereka tidak dapat ikut menerbangkan lampion. Acara puncak hari kedua pun dimulai dengan tarian api yang ditarikan di sekitar api unggun dekat dengan panggung utama. Setelah tarian selesai, panitia menerbangkan lampion besar sebagai tanda bagi para peserta untuk dapat menyalakan dan menerbangkan lampion masing-masing. Ribuan lampion  berhasil diterbangkan malam itu, diiringi dengan kembang api yang ditembakan ke atas langit Dieng. Sekitar pukul 21.00 WIB, acara lampion dan kembang api pun usai. Acara kemudian dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan di panggung utama, yang masih dalam pelataran timur kompleks Candi Arjuna.


Festival lampion, hari kedua DCF 2015
Hari Ketiga DCF 2015
Hari ketiga akan menjadi puncak acara DCF setiap tahunnya. Agendanya, apalagi kalau bukan Ritual Cukur Rambut Gimbal. Pemotongan rambut anak-anak berambut gimbal ini memerlukan ritual khusus dan sakral karena anak berambut gimbal dianggap sebagai titisan dewa. Anak berambut gimbal ini merupakan titisan Eyang Agung Kaladate dan Nini Ronce, yang merupakan leluhur suku dieng dan juga pertapa berambut gimbal pada jaman Majapahit. Apabila rambut gimbal itu dipotong sembarangan, dipercaya bahwa rambut gimbalnya akan tumbuh lagi. Bahayanya lagi, anak tersebut dapat jatuh sakit dan mendatangkan bencana bagi keluarganya. Uniknya lagi, prosesi ini hanya bisa dilakukan atas permintaan (atau persetujuan) anak yang berambut gimbal, dan apapun permintaan sang anak harus dipenuhi oleh orang tua atau walinya. Jangan heran kalau nanti permintaan mereka unik-unik, yah namanya saja anak-anak.

Ritual Cukur Rambut Gimbal pada hari ketiga penyelenggaraan DCF 2015, dimulai dengan kirab budaya keliling Dieng, yang dimulai dari rumah tetua adat Dieng sampai akhirnya finish di dalam kompleks Candi Arjuna. Anak berambut gimbal akan diarak keliling dieng, diikuti dengan beragam sesaji yang disediakan sebagai "ubo rampe". Tidak ketinggalan pula, performance rombongan pendukung kirab, yang menarikan tarian tradisional pada beberapa titik.

Rombongan kirab budaya
"ubo rampe" ritual

Pengunjung yang mempunyai tiket dapat masuk ke dalam kompleks Candi Arjuna. Sementara itu, pengunjung yang tidak mempunyai tiket hanya menonton dari luar garis pembatas yang telah disediakan panitia. Oh iya, beberapa pengunjung sudah terlihat menempati diri di depan Candi Arjuna maupun di Dharmasala kompleks Candi Arjuna. Mereka mencari spot yang terbaik untuk mengikuti prosesi ritual. Kirab rombongan anak berambut gimbal akan memasuki kompleks Candi Arjuna untuk menuju Dharmasala terlebih dahulu untuk melakukan ritual Jamasan (Penyucian rambut), sebelum nantinya dibawa menuju pelataran Candi Arjuna, tempat dimana ritual cukur rambut akan dilaksanakan.
Dharmasala kompleks Candi Arjuna, tempat ritual jamasan berlangsung
Beberapa anak rambut gimbal yang akan menjalani ritual
Sementara itu, di depan Candi Arjuna, wisatawan duduk rapih di depan pelataran candi menunggu datangnya rombongan anak gimbal yang akan mengikuti prosesi ruwatan. Pada tahun ini, ada 10 anak berambut gimbal yang akan menjalani ritual tersebut. Umurnya bervariasi, mulai dari 4 hingga 8 tahun. Permintaan mereka pun unik-unik, antara lain ada yang meminta gelang emas, sepeda, anak tongkol, sekerajang buah apel yang harus dikeluarkan dari lemari es, penari lengger, hingga permintaan berfoto dengan teletubbies. Permintaan tersebut harus dipenuhi dan diberikan langsung kepada anak tersebut setelah ritual pemotongan selesai. Pemotongan rambut gimbal dilakukan secara bergantian oleh pemangku adat, pejabat daerah, hingga seniman nyentrik, Sujiwo Tejo, yang ternyata turut hadir mengikuti ritual tersebut. Setelah semua ritual pemotongan selesai, potongan rambut gimbal tersebut kemudian dihanyutkan ke Telaga Warna yang menandakan bahwa rambut tersebut dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Ratu Laut Kidul. Ritual ini disebut ritual pelarungan rambut gimbal. Ritual ini pun menandakan bahwa penyelenggaraan DCF 2015 telah usai.


Ritual Pencukuran Rambut Gimbal
Pengalaman beda dan unik, saya rasakan saat mengikuti event DCF 2015. Salut saya kepada semua pihak penyelenggara yang mampu menghadirkan event yang secara kreatif mengabungkan budaya tradisi leluhur dengan acara modern yang dikemas secara baik. Tidak heran jika acara DCF, dapat menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara setiap tahunnya. Jika ada kesempatan pun, saya mau untuk melihat DCF tahun depan. Semoga ya.


Informasi Tambahan: Tips bagi penonton yang ingin mengikuti DCF tahun depan:
  1. Harus rajin mengikuti informasi DCF melalui website atau pun twitter.
  2. Pastikan anda membeli tiket terlebih dahulu, dan disarankan untuk memesan penginapan dari jauh hari sebelumnya. Anda dapat memesan hostel, homestay di sekitar Desa Dieng Wetan dan Dieng Kulon. Beberapa agen wisata juga menjual paket tiket dan penginapan sekaligus.  Sebagai informasi, tahun ini, panitia menjual tiket VIP seharga Rp. 200.000,00/ tiket terusan tiga hari penyelenggaraan DCF 2015, yang dapat di beli melalui website DCF.  Bagi para pemegang tiket, selain mendapat keuntungan saat berada di dalam venue, pemegang tiket juga mendapat goodie bag yang berisi kaos DCF, kain batik, gelang, dan buku petunjuk acara.
  3. Karena suhu Dieng yang dingin, maka wajib bagi anda untuk membawa pakaian tebal, sarung tangan, atau keperluan lainnya.
  4. Akses menuju Dieng, sangatlah mudah terutama bila dijangkau dari Wonosobo. Jalanan yang berliku, membuat anda harus ekstra waspada.
  5. Ajaklah sebanyak mungkin teman anda, semakin banyak maka semakin seru pula.
  6. Usahakan anda meluangkan waktu lebih, karena Dataran Tinggi Dieng sangatlah luas dan beragam tempat wisata yang dapat anda datangi dan sayang jika dilewatkan. Jika yang menyukai wisata alam, anda bisa menyempatkan untuk mendaki Puncak Sikunir maupun Gunung Prau, dimana anda dapat melihat matahari terbit nan elok.

Kontak: Sekretariat Desa Wisata Dieng Kulon
Jl. Raya Dieng km. 01, Batur, Banjarnegara
Website: www.dieng.id 
Twitter: @festivaldieng
email: diengculturefest@gmail.com



Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah 2015 Periode 4: 13 Juli- 8 Agustus 2015 "Event Budaya/ Wisata Jateng".

4 comments:

  1. pengen juga melihat festival semacam ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba Dwi, ternyata festival semacam ini bisa dikemas menarik dan tidak membosankan mba. Kalau ada waktu luang, semoga bisa ikut DCF tahun depan mba. :))

      Delete
  2. Waaah senengnya bisa dapet liputan ritual potong rambut gimbal gini. Aku udah ke sana tapi pas gak ada acara begini. Giliran ada acara pas gak bisa cuti :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayang ya mas, tapi kapan2 kudu disempatkan nonton mas. Acara setahun sekali yang sayang kalau dilewatkan mas. Seru dan sakral jadi satu. :)

      Delete