Sebuah bangunan tua yang tampak terawat dengan baik menarik
perhatian saya ketika melewati jalanan Kota Gombong. Roemah Martha Tilaar begitu warga sekitar
menyebut bangunan yang berarsitektur khas Kolonial tersebut. Rumah tua nan
anggun ini menyimpan beribu kisah dan kenangan dari seorang Martha Handana atau
Tjhie
Pwee Giok atau kini lebih dikenal dengan Martha Tilaar. Beliau
merupakan seorang maestro kecantikan yang sudah malang melintang di industri
kecantikan dan pengobatan tradisional Indonesia. Beliau lahir di sebuah kota
kecil di bagian selatan Jawa Tengah, yakni Gombong, Kabupaten Kebumen. Beliau
menghabiskan masa kecilnya di sini selama kurang lebih sepuluh tahun, sebelum
akhirnya beliau dibawa untuk hijrah ke Jakarta. Banyak kenangan manis dan
pelajaran yang diperoleh dari seorang Martha Tilaar di sini. Semua hal tersebut
menempa beliau sehingga menjadi sosok wirausahawan
yang sukses seperti sekarang. Meskipun terhitung cukup singkat, tidak lantas
membuat seorang Martha Tilaar melupakan kota tempat di mana dia berasal.
Desember 2014, Beliau kembali ke Gombong dan meresmikan Roemah Martha Tilaar, sebagai kontribusi beliau bagi kota kelahirannya.
Roemah Martha Tilaar yang bergaya arsitektur Indische Empire |
Roemah Martha Tilaar, tempat di mana Martha Tilaar kecil
tinggal, kini disulap menjadi sebuah museum mungil nan apik. Tidak hanya
menyajikan arsitektur yang anggun dan menawan, Roemah Martha Tilaar juga
mampu membawa kita untuk menggali dan menelusuri kisah sang empunya rumah.
Berdiri sejak 1920 |
Begitu memasuki kawasan Roemah Martha Tilaar, kata megah merupakan
kata yang pertama kali terlintas di pikiran saya. Sebuah bangunan utama dengan
dua buah paviliun di bagian kanan dan kiri bangunan utama tampak begitu kokoh
dan indah. Mata saya kemudian tertuju pada tulisan timbul “1920” yang terdapat
pada bagian atas bangunan utama, seakan memberitahu tahu kapan berdirinya bangunan megah ini.
Saya pun segera menuju paviliun yang terletak di sebelah
kiri bangunan utama, tempat penjualan tiket masuk berada. Di sana saya
berkenalan dengan Bapak Sigit, pengelola Roemah Martha Tilaar. Dari obrolan
singkat saya dengan beliau, saya pun mengetahui bahwa Roemah Martha Tilaar ini dikelola
oleh Yayasan Warisan Budaya Gombong dan dikepalai langsung oleh Wulan Tilaar,
yang juga merupakan anak kandung dari Martha Tilaar.
Walaupun hanya sebuah bangunan rumah, pengelolaan wisata di sini ternyata
begitu profesional dan tidak kalah dengan museum-museum besar lain yang pernah
saya kunjungi, sebagai contoh Museum Batik Danar Hadi di Solo. Harga tiket
masuk yang dipatok pun ramah di kantong, hanya Rp. 15.000,00/orang untuk
wisatawan lokal dan Rp 25.000,00/orang untuk wisatawan mancanegara. Untuk
pelajar dan mahasiswa, cukup membayar Rp 5.000,00/orang untuk memasuki Roemah
Martha Tillaar.
Roemah Martha Tilaar berlokasi di Jalan Sempor Lama nomor
28, Gombong, Kabupaten Kebumen. Bangunan ini berada di kawasan Pecinan kota
Gombong. Bangunan tua ini dibangun sejak tahun 1920 oleh keluarga Liem Siauw
Lan. Keluarga Liem Siauw Lan ini pada masanya terkenal sebagai keluarga
Tionghoa yang sangat kaya di Gombong. Liem Siauw Lan dikenal sebagai pengusaha
ulung di daerah tersebut. Beliau dikenal sebagai pemasok susu dan daging untuk
tangsi Belanda van der Wijk di Gombong. Liem Siauw Lan ini mempunyai tiga orang anak,
yakni Liem Tiong Ing, Liem Bok Lan dan Liem Trima Nio. Martha Tilaar sendiri
merupakan cucu dari Liem Siauw Lan dari keturunan Liem Bok Lan dengan Yakob
Handana.
Roemah Martha Tilaar tempo doeloe. Sumber |
Secara garis besar, Roemah Martha Tilaar terdiri dari sebuah
bangunan utama dengan dua buah paviliun di bagian kanan dan kirinya. Kedua
paviliun itu kini diberi nama Paviliun Bambang Handana dan Paviliun Wulan
Tilaar. Pada bagian depan dan belakang rumah, terdapat halaman dengan beberapa
pohon tua dan taman kecil yang ditata apik. Uniknya, tumbuhan yang ditanam di
sini sebagian besar merupakan tanaman
obat asli Indonesia. Supaya pengunjung tidak bingung, pengelola menambahkan
keterangan pada setiap tumbuhan yang ada di sini beserta khasiatnya.
Beberapa tanaman obat yang ada di Roemah Martha Tilaar |
Sementara itu, bangunan utama terdiri dari bagian teras,
ruang tamu, altar sembahyang, tiga buah ruang tidur dan satu buah ruang kerja. Bangunan
ini bergaya arsitektur Indische Empire, gaya arsitektur Hindia Belanda yang
sangat popular pada abad 19. Fisik bangunan ini sangat kental dengan gaya arsitektur
khas Kolonial yang berpadu dengan nuasana Tiongkok dan Jawa tentunya.
Kaca Patri khas arsitektur Kolonial |
Peta Gombong tahun 1906 |
Kaca patri dengan beragam corak khas gaya arsitektur Kolonial
menghiasi bagian atas bangunan. Beberapa ornamen dan detail lukisan khas
Tiongkok dapat ditemukan dengan mudah di sini. Tegel lantai pada bagian teras
pun dibawa langsung dari Tiongkok dan masih dipertahankan hingga kini. Nuasana
Jawa tercermin pada beberapa ukiran dan perabotan yang terdapat di dalam rumah.
Di dinding teras, terpasang foto-foto
lama rumah, peta lama Kota Gombong, dan beberapa artikel tentang makanan dan daerah
tujuan wisata di Gombong. Bangunan ini sudah mengalami beberapa kali renovasi.
Namun, renovasi yang dilakukan tetap mempertahankan bentuk asli dari bangunan
ini.
Saat memasuki bagian ruang tamu Roemah Martha Tilaar, suasana
khas Tionghoa sangat kental dirasakan. Sebuah altar sembahyang terdapat pada
salah satu sisi ruang. Aneka guci dan ornamen khas Tiongkok menghiasi beberapa
sudut ruang. Pada sisi lain, terdapat meja dan kursi untuk menyambut tamu dan beberapa
bingkai foto keluarga Liem Siauw Lan, termasuk foto Martha Tilaar saat kecil.
Bagian depan ruang tamu menuju lorong utama |
Suasana dalam kamar utama Liem Tiong Ing |
Ruang tidur Liem Tiong Ing yang terhubung langsung dengan ruang kerja |
Keempat anak Liem
Tiong Ing masing-masing menempati dua ruang tidur yang terdapat di sisi kanan
lorong utama. Perabotan mulai dari tempat tidur hingga lemari masih terjaga
keasliannya. Salah satu hal yang menarik perhatian saya, terdapat sebuah tempat
buang air besar zaman dulu yang masih terbuat dari kayu pada salah satu ruang
tidur di bangunan utama.
Bagian dalam ruang tidur di bangunan utama Roemah Martha Tilaar |
Tempat buang air besar yang terbuat dari kayu |
Pada halaman belakang bangunan utama terdapat taman kecil dengan
sebuah pohon donasi. Pohon donasi ini diperuntukkan bagi para donatur yang ingin turut andil pada kegiatan-kegiatan
sosial yang diadakan Roemah Martha Tilaar.
Halaman belakang Roemah Martha Tilaar dengan pohon donasinya |
Bagian belakang Roemah Martha Tilaar |
Terdapat dua paviliun yang mengapit bangunan utama, paviliun
pertama terletak di sebelah utara bangunan utama, kini diisebut
Paviliun Wulan Tilaar, digunakan sebagai ruang pamer produk Martha Tilaar, galeri
UMKM produksi masyarakat Gombong mulai dari kerajinan hingga makanan khas
setempat dan ruangan pertemuan yang sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan
Roemah Martha Tilaar.
Paviliun Wulan Tilaar tampak depan |
Saya pun beranjak ke Paviliun Bambang Handana yang berada di sebelah selatan bangunan utama. Di paviliun ini terdapat 4 buah ruang, terdiri dari 3 buah ruang tidur dan sebuah ruang yang kini dijadikan loket penjualan tiket sekaligus pusat informasi Roemah Martha Tilaar.
Paviliun Bambang Handana tampak depan |
Ruang pertama yang saya
kunjungi adalah ruang tidur Liem Siauw Lan dan istri keduanya, Bhe Siang Nio. Bhe Siang Nio atau Pranoto Liem dikenal juga sebagai guru jamu bagi Martha
Tilaar. Beliau memperkenalkan dan mengajari Martha Tilaar tentang jamu dan tanaman obat tradisional. Beliau mewariskan semua ilmu yang ia punya kepada cucu kesayanganya, Martha Tilaar.
Bagian dalam ruang tidur Liem Siauw Lan dan Pranoto Liem |
Peralatan milik Mak Oco |
Sosok inilah juga membantu Martha
Tilaar untuk dapat mempunyai keturunan. Pada awalnya, Martha Tilaar memang
mempunyai masalah dalam memperoleh keturunan. Beliau sudah 11 tahun menikah dan divonis sulit untuk mempunyai keturunan oleh ahli kandungan. Berbagai cara telah ditempuh beliau untuk memperoleh keturunan, mulai dari medis hingga “memancing anak” dengan mengangkat dua orang sebagai anak. Namun, cara tersebut belum berhasil. Mak Oco, begitu panggilannya, memberikan ramuan-ramuan tradisionalnya kepada Martha Tilaar, hingga pada akhirnya beliau dapat hamil. Martha Tilaar melahirkan Wulan Tilaar, putri kandung pertamanya saat berusia 42 tahun. Ramuan inilah yang dikenal sebagai Kaplet Wulandari dan sudah diproduksi massal untuk membantu perempuan yang memiliki masalah dalam memperoleh keturunan. Mak Oco meninggal pada 13 April 1995 disaat usianya mencapai 106 tahun. Sosok inilah yang berperan besar dalam membangun kepribadian Martha Tilaar sedari kecil.
Mak Oco dikenal sebagai ahli meracik jamu |
Di paviliun inilah juga. Martha Tilaar bersama orang tuanya, Yakob
Handana dan Liem Bok Lan, serta kedua saudaranya, Ratna Handana dan Bambang
Handana tinggal. Kedua ruang tempat mereka beristirahat terletak bersebelahan.
Di sinilah Martha Tilaar tumbuh dan menghabiskan masa kecilnya selama kurang lebih sepuluh tahun.
Di sini tempat Martha Tilaar kecil dan dua saudaranya tidur |
Martha Tilaar
kecil dikenal sebagai seorang anak yang kreatif dan tidak canggung untuk
berjualan, meskipun statusnya saat itu tergolong dari keluarga kaya. Martha
Tilaar kecil sering menjual aksesoris yang dibuatnya sendiri dan menjual buah
mangga yang dipetiknya sendiri dari pohon yang ada di depan rumah. Martha Tilaar juga merupakan seorang pekerja keras. Dahulu, saat mengikuti suaminya, Alex Tilaar, menimba ilmu di Negeri Paman Sam, beliau bekerja sampingan sebagai baby sitter dan Avon Girl. Dari penghasilan yang beliau dapat, beliau gunakan untuk menimba ilmu di Beauty Academy Bloomington. Dengan semua usaha yang telah beliau lakukan, tidak heran
jika kini Martha Tilaar dikenal sebagai wirausahawan yang sangat sukses
dibidangnya.
Roemah Martha Tilaar merupakan bukti kecintaan dan sumbangsih Martha Tilaar kepada Indonesia. Tidak hanya dikenal sebagai sekedar peninggalan
heritage saja, Roemah Martha Tilaar melalui Yayasan Warisan Budaya Gombong juga
berperan aktif membantu kegiatan kemasyarakatan di wilayah Gombong dan sekitarnya, terutama yang berhubungan dengan kegiatan UMKM, budaya, pemberdayaan perempuan dan
pelestarian lingkungan. Dalam menjalankan program-programnya, Roemah Martha Tilaar berpegangan pada 4 Pilar Martha Tilaar Group, yaitu Beauty Education, Beauty Green, Beauty Culture dan Empowering Women.
"Keberhasilan akan lebih bermakna apabila dapat berbagi & menjadi inspirasi bagi orang lain."
DR. (HC) Martha Tilaar
Menjelajahi Roemah Martha Tilaar membawa saya seakan kembali ke suasana
tempo dahulu. Bangunan indah yang sarat akan kenangan dari seorang Maestro Kecantikan Indonesia.
Menjelajahi Roemah Martha Tilaar pula, menambah pengetahuan saya tentang perjalanan hidup
seorang Martha Tilaar dan sepak terjangnya kini.
Roemah Martha Tilaar
Jalan Sempor Lama No. 28, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
54412
Telp: (0287) 473313
HTM Wisatawan Lokal (Rp 15.000,00)
Wisatawan
Mancanegara (Rp 25.000,00)
Pelajar &
Mahasiswa (Rp 5.000,00)
Buka: Selasa s.d. Minggu (Senin tutup) 09.00-16.00 WIB
Kontak : info@roemahmarthatilaar.org
Kontak : info@roemahmarthatilaar.org
Website : Roemahmarthatilaar.org
Twitter: @roemahMT
woo bisa mampir nih klo pas mudiks
ReplyDeleteWah orang mana nih mas Tio? Silahkan mampir mas karena tempatnya buka tiap hari kecuali hari Senin.
Deletejadi pengen ke sana juga nih
ReplyDeletearsitektur rumahnya keliatan bagus
Memang bagus dan ada beberapa detail rumah yang unik. Suasananya pun terasa homey sekali.
DeleteBolehlah kapan2 mampir ke sana jika ada waktu, Mba Nur.