Dieng Culture Festival (DCF) 2015 merupakan salah satu event tahunan yang secara rutin digelar di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng secara geografis berada dalam wilayah Kabupaten
Banjarnegara dan sebagian di wilayah Kabupaten Wonosobo. Dieng Culture Festival merupakan kegiatan kebudayaan yang digagas
oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Dieng Kulon, Kecamatan
Batur, Kabupaten Banjarnegara, yang dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi, sekaligus sebagai
promosi potensi wisata alam di Dataran Tinggi Dieng, Jawa
Tengah. Acara utama dalam Dieng Culture Festival
adalah ritual cukur rambut anak gimbal, dimana dalam tradisi masyarakat
di Dataran Tinggi Dieng, anak gimbal, jika hendak dicukur rambutnya
harus melalui prosesi ruwatan yang sakral. Tradisi tersebut masih
bertahan bertahan hingga saat ini. Dieng Culture Festival merupakan salah satu contoh event yang baik dalam menyatukan seni, budaya, tradisi, alam dan tentunya industri kreatif dalam satu event. Tentunya, kolaborasi ini menghasilkan suatu event dengan daya tarik yang unik, dan menarik. Festival budaya ini, kini memasuki tahun ke-6 penyelenggaraan pada tahun 2015, dengan mengambil tajuk The Culture of Harmony. Dieng Culture Festival diselenggarakan pada 31 Juli hingga 2 Agustus 2015.
Hari Pertama DCF 2015
Suasana keramaian Jazz Atas Awan DCF 2015 |
Kembang api dan lampion di langit Dieng |
Hari ketiga akan menjadi puncak acara DCF setiap tahunnya. Agendanya, apalagi kalau
bukan Ritual Cukur Rambut Gimbal. Pemotongan rambut anak-anak berambut
gimbal ini memerlukan ritual khusus dan sakral karena anak berambut gimbal dianggap
sebagai titisan dewa. Anak berambut gimbal ini merupakan titisan Eyang Agung Kaladate dan Nini Ronce, yang merupakan leluhur suku dieng dan juga pertapa berambut gimbal pada jaman Majapahit. Apabila rambut gimbal itu dipotong sembarangan,
dipercaya bahwa rambut gimbalnya akan tumbuh lagi. Bahayanya lagi, anak tersebut dapat jatuh sakit dan mendatangkan bencana bagi keluarganya. Uniknya lagi, prosesi ini hanya bisa dilakukan atas
permintaan (atau persetujuan) anak yang berambut gimbal, dan apapun permintaan sang anak
harus dipenuhi oleh orang tua atau walinya. Jangan heran kalau nanti permintaan mereka unik-unik, yah namanya saja anak-anak.
Ritual Cukur Rambut Gimbal pada hari ketiga penyelenggaraan DCF 2015, dimulai dengan kirab budaya keliling Dieng, yang dimulai dari rumah tetua adat Dieng sampai akhirnya finish di dalam kompleks Candi Arjuna. Anak berambut gimbal akan diarak keliling dieng, diikuti dengan beragam sesaji yang disediakan sebagai "ubo rampe". Tidak ketinggalan pula, performance rombongan pendukung kirab, yang menarikan tarian tradisional pada beberapa titik.
Ritual Cukur Rambut Gimbal pada hari ketiga penyelenggaraan DCF 2015, dimulai dengan kirab budaya keliling Dieng, yang dimulai dari rumah tetua adat Dieng sampai akhirnya finish di dalam kompleks Candi Arjuna. Anak berambut gimbal akan diarak keliling dieng, diikuti dengan beragam sesaji yang disediakan sebagai "ubo rampe". Tidak ketinggalan pula, performance rombongan pendukung kirab, yang menarikan tarian tradisional pada beberapa titik.
Rombongan kirab budaya |
"ubo rampe" ritual |
Pengunjung yang mempunyai tiket dapat masuk ke dalam kompleks Candi Arjuna. Sementara itu, pengunjung yang tidak mempunyai tiket hanya menonton dari luar garis pembatas yang telah disediakan panitia. Oh iya, beberapa pengunjung sudah terlihat menempati diri di depan Candi Arjuna maupun di Dharmasala kompleks Candi Arjuna. Mereka mencari spot yang terbaik untuk mengikuti prosesi ritual. Kirab rombongan anak berambut gimbal akan memasuki kompleks Candi Arjuna untuk menuju Dharmasala terlebih dahulu untuk melakukan ritual Jamasan (Penyucian rambut), sebelum nantinya dibawa menuju pelataran Candi Arjuna, tempat dimana ritual cukur rambut akan dilaksanakan.
Dharmasala kompleks Candi Arjuna, tempat ritual jamasan berlangsung |
Beberapa anak rambut gimbal yang akan menjalani ritual |
Sementara itu, di depan Candi Arjuna, wisatawan duduk rapih di depan pelataran candi menunggu datangnya rombongan anak gimbal yang akan mengikuti prosesi ruwatan. Pada tahun ini, ada 10 anak berambut gimbal yang akan menjalani ritual tersebut. Umurnya bervariasi, mulai dari 4 hingga 8 tahun. Permintaan mereka pun unik-unik, antara lain ada yang meminta gelang emas, sepeda, anak tongkol, sekerajang buah apel yang harus dikeluarkan dari lemari es, penari lengger, hingga permintaan berfoto dengan teletubbies. Permintaan tersebut harus dipenuhi dan diberikan langsung kepada anak tersebut setelah ritual pemotongan selesai. Pemotongan rambut gimbal dilakukan secara bergantian oleh pemangku adat, pejabat daerah, hingga seniman nyentrik, Sujiwo Tejo, yang ternyata turut hadir mengikuti ritual tersebut. Setelah semua ritual pemotongan selesai, potongan rambut gimbal tersebut kemudian
dihanyutkan ke Telaga Warna yang menandakan bahwa rambut tersebut
dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Ratu Laut Kidul. Ritual ini disebut ritual pelarungan rambut gimbal. Ritual ini pun menandakan bahwa penyelenggaraan DCF 2015 telah usai.
Pengalaman beda dan unik, saya rasakan saat mengikuti event DCF 2015. Salut saya kepada semua pihak penyelenggara yang mampu menghadirkan event yang secara kreatif mengabungkan budaya tradisi leluhur dengan acara modern yang dikemas secara baik. Tidak heran jika acara DCF, dapat menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara setiap tahunnya. Jika ada kesempatan pun, saya mau untuk melihat DCF tahun depan. Semoga ya.
Tips bagi penonton yang ingin mengikuti DCF tahun depan:
- Harus rajin mengikuti informasi DCF melalui website atau pun twitter.
- Pastikan anda membeli tiket terlebih dahulu, dan disarankan untuk memesan penginapan dari jauh hari sebelumnya. Anda dapat memesan hostel, homestay di sekitar Desa Dieng Wetan dan Dieng Kulon. Beberapa agen wisata juga menjual paket tiket dan penginapan sekaligus. Sebagai informasi, tahun ini, panitia menjual tiket VIP seharga Rp. 200.000,00/ tiket terusan tiga hari penyelenggaraan DCF 2015, yang dapat di beli melalui website DCF. Bagi para pemegang tiket, selain mendapat keuntungan saat berada di dalam venue, pemegang tiket juga mendapat goodie bag yang berisi kaos DCF, kain batik, gelang, dan buku petunjuk acara.
- Karena suhu Dieng yang dingin, maka wajib bagi anda untuk membawa pakaian tebal, sarung tangan, atau keperluan lainnya.
- Akses menuju Dieng, sangatlah mudah terutama bila dijangkau dari Wonosobo. Jalanan yang berliku, membuat anda harus ekstra waspada.
- Ajaklah sebanyak mungkin teman anda, semakin banyak maka semakin seru pula.
- Usahakan anda meluangkan waktu lebih, karena Dataran Tinggi Dieng sangatlah luas dan beragam tempat wisata yang dapat anda datangi dan sayang jika dilewatkan. Jika yang menyukai wisata alam, anda bisa menyempatkan untuk mendaki Puncak Sikunir maupun Gunung Prau, dimana anda dapat melihat matahari terbit nan elok.
Jl. Raya Dieng km. 01, Batur, Banjarnegara
Website: www.dieng.id
Twitter: @festivaldieng
email: diengculturefest@gmail.com
Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah 2015 Periode 4: 13 Juli- 8 Agustus 2015 "Event Budaya/ Wisata Jateng".
pengen juga melihat festival semacam ini...
ReplyDeleteIya mba Dwi, ternyata festival semacam ini bisa dikemas menarik dan tidak membosankan mba. Kalau ada waktu luang, semoga bisa ikut DCF tahun depan mba. :))
DeleteWaaah senengnya bisa dapet liputan ritual potong rambut gimbal gini. Aku udah ke sana tapi pas gak ada acara begini. Giliran ada acara pas gak bisa cuti :'(
ReplyDeleteSayang ya mas, tapi kapan2 kudu disempatkan nonton mas. Acara setahun sekali yang sayang kalau dilewatkan mas. Seru dan sakral jadi satu. :)
Delete