Pages - Menu

Saturday, 15 August 2015

Posong, Pos Kosong di Kaki Gunung Sindoro


Posong, mungkin banyak yang belum tahu mengenai tempat ini. Posong merupakan salah satu tempat wisata alam yang terletak di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, tepatnya di lereng Gunung Sindoro. Posong berasal dari pos sing kosong (dalam bahasa Jawa, yang berarti pos yang sudah kosong). Konon, dahulu Posong ini merupakan salah satu pos gerilya yang didirikan Pangeran Diponegoro saat melawan Belanda. Pos ini diduga mempunyai peranan yang penting dalam pergerakan Pangeran Diponegoro, sehingga Belanda mencoba untuk menyerang pos ini. Namun, apa yang diduga, saat Belanda berhasil mengepung pos ini, mereka menjumpai pos ini kosong dan sudah ditinggalkan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya. Dari situlah, kata Posong berasal. Ternyata unik juga ya. :))
Menikmati sunrise dengan hamparan tanaman tembakau
Posong menawarkan pemandangan alam yang luar biasa indah karena dari sini kita dapat melihat keindahan tujuh puncak gunung sekaligus, yaitu Gunung Sumbing, Merapi, Merbabu, Telomoyo, Andong, Ungaran dan Muria, dengan latar belakang Gunung Sindoro. Posong juga menyuguhkan sunrise yang istimewa. Kita dapat melihat momen matahari terbit dari sini, disertai hamparan "taman" awan dengan pemandangan tujuh gunung yang berdiri dengan kokohnya. Pemandangan malam pun tidak kalah indah, kita bisa melihat dan menikmati Milky Way dengan jelas dari sini.
Gunung Merapi, Merbabu mengintip di balik Gunung Sumbing
Latar belakang Posong berupa Gunung Sindoro nan kokoh

Salah satu gardu pandang, dengan latar belakang Gunung Sindoro
Uniknya, untuk mencapai objek wisata ini yang terletak di ketinggian 2.000 mdpl ini, kita tidak perlu melakukan trekking. Tempat ini dapat dijangkau dengan mudah dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal ini membuat tempat ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga.
Wisatawan membutuhkan 15 menit perjalanan untuk mencapai tempat ini dari gerbang masuk tempat wisata. Namun sebelumnya, kita harus menempuh jalanan yang berliku dan berbatu. Perjalanan menuju Posong pun menyajikan pemandangan yang tidak kalah indahnya, yakni berupa hamparan kebun tanaman kopi dan tembakau.
Fasilitas yang tersedia di sini tergolong cukup lengkap. Di sini tersedia beberapa gardu pandang, musholla, tempat parkir mobil dan motor, kamar kecil atau pun warung untuk sekedar ngopi atau pun cemal-cemil. Untuk masuk ke tempat wisata ini, kita hanya perlu membayar Rp 7.000,00/orang, yang dibayarkan saat memasuki gerbang masuk tempat wisata.
Berwisata alam ke Posong sebaiknya dilakukan di subuh hari (04.00 WIB), sebelum matahari terbit. Selain dapat melihat momen matahari terbit, datang lebih awal juga lebih mudahkan untuk mendapatkan tempat parkir. Jangan lupa untuk mempersiapkan pakaian tebal karena udara di sini sangat dingin. Hindari datang ke sini ketika hari beranjak siang karena tempat ini akan tertutup kabut, sehingga kita tidak bisa mendapatkan pemandangan yang terbaik. Waktu yang tebaik untuk mengunjungi Posong adalah saat musim kemarau (April- Oktober).
Jika ingin berkemah, kita dapat menghubungi langsung pengelola tempat wisata. Tentunya, kita akan dikenakan biaya tambahan. Beberapa pengelola wisata sudah menyediakan paket wisata Posong, selain menyediakan home stay bagi wisatawan, kita pun dapat menikmati kegiatan outdoor lainnya seperti flying fox, outbound hingga trekking di sini.


Posong dengan segala pesona alamnya yang indah membuat Anda wajib memasukan Posong sebagai alternatif wisata Anda selanjutnya.
Beberapa foto yang sempat saya abadikan. Aslinya tentu jauh lebih indah. :))



#OOT
Selain untuk wisata keluarga, di sana juga enak buat pacaran kok... Ehheehhe... :)



Informasi:
Wisata Alam Posong
Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung

Monday, 10 August 2015

Dieng Cinema, Jejak Bioskop Lawas di Wonosobo


Waktu menunjukan pukul setengah tiga sore, saat saya memarkirkan motor saya di sebuah gedung yang nampaknya terawat dengan baik. Gedung itu merupakan sebuah gedung bioskop. Saya memang telah mendengar bahwa ada gedung bioskop di Wonosobo. Ntah kenapa, hari itu, secara random banget, saya tiba-tiba ingin menonton film dan bioskop inilah yang terlintas dalam pikiran saya. Akhirnya setelah pekerjaan hari itu selesai, saya memutuskan untuk mencari tahu dimana bioskop itu berada.

Dieng Cinema merupakan satu-satunya gedung bioskop yang ada di Wonosobo. Bioskop ini terletak di Jl. Sruni, Karangkajen, Wonosobo. Bioskop ini cukup mudah ditemukan, walaupun letaknya tidak berada di pinggir jalan besar. Saat saya tiba di sana, tampak sebuah gedung yang terlihat baru dengan parkiran yang cukup ramai. Terdapat sebuah poster film berukuran besar terpampang pada salah satu dindingnya.


Gedung bioskop tampak depan
Bioskop berada satu tempat dengan arena futsal
Ternyata, yang membuat parkiran ramai karena bioskop ini berada satu kompleks dengan arena futsal. Saya mencoba melihat sekeliling, mencari letak teater bioskop berada. Sempat terpikirkan kalau saya salah tempat, atau mungkin bioskopnya memang sudah tutup karena memang tidak ada petunjuk yang cukup membantu. 

Tiba-tiba, seorang wanita berkerudung putih menanyakan, "Mau nonton, mas?"
"Oooo... iya mba, di sini ada bioskop ya mbak? Masi buka kah?" tanyaku.
"Oh masi mas, tapi filmnya udah mulai dari jam setengah dua tadi mas. Kalo mas-nya mau nonton, masi ada sejam-an lagi mas filmnya." jelasnya.
"Memangnya lagi muter film apa ya mba?" tanyaku lagi.
"Jurassic World, mas." jawab wanita berkerudung putih itu.

Salah satu pojok bioskop dengan jadwal film yang sedang tayang
Dieng Cinema hanya memiliki satu buah teater. Bioskop ini hanya memainkan satu film yang sama setiap minggunya. Untuk minggu itu, film yang sedang diputar adalah Jurassic World. Film ini sebenarnya sudah tayang di bioskop besar sekitar 2 bulan lalu. Film yang tayang di sini memang tidak update. Bioskop ini biasanya memutar film sudah lama tayang di bioskop besar, dan umumnya sudah turun layar atau pun sudah ada rip-anya di ganool. Hehehe. Jadi, jangan berharap bisa menonton Ant-man, Mission Impossible atau film lainnya yang sedang now showing di bioskop besar lainnya. Lama tayangnya pun tidak tentu, tergantung banyaknya penonton tiap harinya. Kalau memang banyak yang nonton, ya film itu akan tayang lebih lama.

Mbak Ayu, nama wanita berkerudung putih yang sudah bekerja sekitar 6 bulan di bioskop ini menjelaskan bahwa bioskop ini sudah ada sejak lama. Usut punya usut, konon bioskop ini sudah ada sejak 1988. Bioskop ini termasuk salah satu bioskop lama non-21 yang ada di Jawa Tengah. Bioskop lainnya tersebar di Purwokerto, Semarang, Brebes, Tegal hingga Magelang. Beruntung, bioskop ini merupakan salah satu yang masih dipertahankan. Banyak bioskop lainnya yang sudah ditutup, bahkan gedungnya sudah dialihfungsikan.

Bioskop di Wonosobo ini masuk masa jayanya pada sekitar tahun 1990-an. Sekitar awal 2000-an, bioskop ini hampir benar-benar bangkrut. Perkembangan film indonesia, yang dipelopori film Ada Apa dengan Cinta? membuat bioskop ini mampu bertahan hingga kini. Penonton mulai berbondong-bondong kembali mendatangi bioskop. Bioskop pun mulai mendapat untung dari penjualan tiket.

Pihak bioskop harus pintar memilih film apa yang akan diputar, mengingat tidak setiap film yang diputar akan ramai dibanjiri penonton. Oleh sebab itu, umumnya mereka memilih untuk memutar film-film box office. Selain karena master film lebih mudah didapat, juga karena film tersebut diharapkan mampu mendatangkan penonton yang banyak, sehingga biaya operasional bioskop dapat ditutupi. Rata-rata film yang diputar di sini adalah film Hollywood. Apabila yang diputar film barat, penonton biasanya lebih ramai dibanding dengan film Indonesia. Seingat Mba Ayu, film Indonesia terakhir banyak ditonton adalah Laskar Pelangi dan Habibie Ainun.
Tempat penjualan loket ( 2012). Foto: Hamid Anwar.
Sumber





Bioskop tampak depan (Oktober 2010). Foto: Bayu Leksono/ FI. Sumber
Bioskop tampak dalam (2012). Foto: Hamid Anwar. Sumber

Usai memberondong dengan Mba Ayu dengan banyak pertanyaaan, saya pun membeli tiket masuk. Harga tiket masuk bioskop sebesar Rp. 20.000,00. Harganya lebih murah dibanding harga tiket di bioskop besar. Harga tiket ini berlaku setiap hari, weekend pun harganya sama. Tiketnya hanya berbentuk sobekan kertas dan tidak ada monitor di tempat penjualan tiket selayaknya bioskop kekinian. Setelah membeli tiket, Mba Ayu membuka pintu dan mempersilahkan masuk, "Silahkan, mas. Lewat sini saja. Boleh duduk di mana saja mas."

Penampakan loket penjualan tiket
Bagian dalam bioskop Dieng 3D Cinema
Penampakan kursi bioskop. 11-12 dengan Blitzmegaplex lah :))
Saya pun masuk ke dalam teater dan mulai mengamati keadaan sekeliling. Keadaan dalam bioskop memang tidak berbeda jauh dengan bioskop pada umumnya. Kursi penonton di dalam teater tersusun bertingkat dan sebuah pintu masuk utama dengan pintu keluar yang berada pada sebelah kanan dan kiri studio. Hanya saja, layar di sini tampak lebih gelap, kursi penonton yang dari kayu dengan busa yang tidak se-empuk bioskop kebanyakan, pintu keluar yang hanya ditutupi kain hitam, sehingga cahaya sesekali masuk ke dalam bioskop. Pencahayaan dan sound system di sini pun sangat sederhana.

Penonton di dalam studio sangat sedikit. Kurang lebih ada 11 orang yang menonton film saat itu, ada 5 pasang muda-mudi yang sedang asik pacaran dan saya yang masih single *peluk tas*. Kapasitas bioskop kurang lebih sekitar 200 penonton. Saya mencoba berpikir positif, mungkin karena waktu itu merupakan hari kerja, jadi yang menonton tidak banyak. Ada bagian kosong dibagian atas studio, sepertinya bekas kursi penonton juga. Mungkin kapasitas tampung bioskop ini dulu bisa lebih banyak dari sekarang.

Petunjuk pintu keluar layaknya bioskop
Scene Jurassic World. Bang Owen yang pastinya ganteng
Mba Claire tetap cantik kok dan masih pakai sepatu hak tinggi juga. Hahahah
Setelah film selesai, ternyata lampu tidak segera menyala dan tidak ada yang menyambut kita di pintu keluar selayaknya bioskop biasa. Hahahaha. Saya pun segera meninggalkan teater melalui pintu masuk utama.
"Sudah mas nontonnya?", tanya Mbak Ayu.
"Oh sudah Mbak. Heheheh.", jawabku.
"Masuk aja lagi mas, kalo mau nonton. Tadi kan sempat ketinggalan, bentar lagi mau main lagi filmnya. Buat mas, gratis." lanjut Mba Ayu.
"Makasi mbak, kapan-kapan lagi deh mbak." jawabku

Saya pun melanjutkan obrolan dengan Mbak Ayu, sambil sesekali beberapa pasangan muda mudi terlihat membeli tiket untuk penayangan berikutnya. Menurut informasi dari Mbak Ayu, bioskop ini telah sering mengalami renovasi. Sekitar 6 bulan lalu, bioskop ini kembali mengalami renovasi. Bioskop jadi terlihat lebih bersih dan rapih. Eksterior dan interior bioskop pun diperbaiki. Renovasi dilakukan dengan tetap mempertahankan gedung bioskop dengan menambahkan cafe dan arena fustal. Hal ini membuat kompleks bioskop ini terlihat lebih ramai dibanding sebelumnya.

Bioskop ini menayangkan film setiap pukul 11.00, 14.00 dan 16.00 setiap harinya. Terkadang film diputar lebih cepat sebelum jam tayang yang seharusnya. Supaya penonton bertambah ramai, bioskop ini juga melakukan inovasi dengan menayangkan film-film 3D. Bedanya, jika ingin menonton film 3D, kita harus membayar Rp 15.000,00/orang, dengan minimal 4 orang yang menonton. Kita dapat memilih tiga film 3D yang akan ditonton, dengan durasi masing-masing 10 menit. Kebanyakan film 3D yang disediakan pihak bioskop adalah film kartun. Tidak heran kalau banyak anak PAUD, TK dan SD yang "piknik" ke bioskop ini. Jika ingin menonton film 3D, kita harus datang sebelum jam tayang film reguler.

Sayangnya, bioskop ini tidak mempunyai website khusus untuk memberitahu film yang sedang tayang di sana. Facebook bioskop pun sudah tidak pernah diupdate lagi. Jadi, kalau mau tahu film apa yang diputar, kita harus datang ke bioskop langsung.
Penampakan lobby bioskop dengan Dieng Cafe (sebelah kiri)
Tidak terasa sudah sore hari, saya pun memutuskan untuk pulang. Senangnya bisa merasakan suasana menonton film di sebuah bioskop yang terhitung bioskop lawas. Bioskop ini dapat dijadikan alternatif hiburan warga Wonosobo dan sekitarnya, yang secara geografis memang terletak jauh dengan kota besar lainnya di Jawa Tengah. Mudah-mudahan kapan-kapan bisa mampir ke sini lagi. Hehehe.

*Update Desember 2015*

Kemarin sempat beberapa kali ke Dieng Cinema, tetapi tidak ada aktifitas yang berarti di teaternya. Poster-poster yang biasanya dipajang di dindingbioskop sudah tidak ada. Sempat cemas dan menebak-nebak, jangan-jangan bioskop sudah tutup (?) Tidak ada pegawai di sana yang dapat mintai konfirmasi.

Syukurlah... hari ini saya telah mendapatkan jawabannya.
Bioskop Dieng Cinema ternyata masih buka. Hanya saja untuk beberapa minggu ini belum ada film yang diputar. Kemungkinan film baru ada di akhir tahun ini. Namun, belum tahu film apa yang akan diputar di sini.

Hmm... jadi ditunggu saja update-annya ya.


Dieng Cinema
Jl. Sruni, Karangkajen, Wonosobo
HTM Rp 20.000,00 (weekdays dan weekend) 
Jadwal tayang film reguler pukul 11.00, 14.00,16.00* dan film 3D sesuai request
*fleksibel. LOL.

Wednesday, 5 August 2015

Wisata Kuliner Solo: Mau makan dimana???


"Mau makan dimana???"
Itu mungkin salah satu pertanyaan yang akan sulit dijawab. Begitu pula jika anda berkunjung ke Kota Solo, mungkin anda juga akan bingung menentukan akan makan dimana saat berkunjung ke sana. Kota Solo, tidak hanya terkenal dengan wisata budayanya, tetapi juga dengan wisata kulinernya. Kota Solo dikenal sebagai salah satu gudang makanan lezat di negeri ini. Bermacam-macam jenis makanan dan minuman khas yang dapat anda temui di kota ini. Pastinya, jangan sampai lewatkan untuk mencicipi kuliner khas Kota Solo, saat anda berkesempatan untuk mengunjungi Kota Solo. Berikut ini, beberapa rekomendasi kuliner Kota Solo yang tentunya wajib untuk anda cicipi.

1. Gudeg Ceker
Kuliner khas ini dapat menjadi pilihan utama jika anda berkunjung ke Kota Solo. Ceker atau kaki ayam menjadi makanan pendamping gudeg. Ceker dimasak dengan bumbu khusus, sehingga terasa enak dan empuk. Ceker pun jadi sajian lezat, apalagi jika dipadukan dengan gudeg dan sambel goreng krecek tentunya. Salah satu tempat terkenal yang menjual gudeg ceker adalah Gudeg Ceker Bu Kusno atau lebih dikenal dengan Gudeg Ceker Margoyudan. Uniknya, gudeg ceker ini hanya buka pada tengah malam (sekitar pukul 02.00 WIB). Walaupun buka tengah malam, gudeg ceker margoyudan ini tetap ramai pengunjung. Tentunya akan menjadi pengalaman unik, jika anda menyantap gudeg ceker di tengah malam yang dingin. Bagi yang tidak sanggup untuk ngalong, anda dapat mencari cabang gudeg ini di area Galabo pada sore hari.

Gudeg Ceker Bu Kusno/ Gudeg Ceker Margoyudan
Jl. W. Mongonsidi, Margoyudan (dekat GKJ Margoyudan)
Buka Pukul 02.00 WIB

2. Tengkleng
Tengkleng merupakan makanan yang terbuat dari daging kambing yang dimasak gulai, tetapi kuah tidak menggunakan santan. Isi tengkleng umumnya adalah daging kambing, tulang belulang dan disajikan bersama sate usus, jerohan dan sebagainya. Sensasi menggerogoti daging kambing yang menempel di tulang, membuat anda pastinya harus mencoba tengkleng ini. Tengkleng yang terkenal di Solo, salah satunya adalah Tengkleng Ibu Ediyem. Tengkleng ini buka mulai pagi hari. Anda harus segera jika ingin mencicipinya, karena biasanya siang hari tengkleng ini sudah habis. Perlu diperhatikan saat mencicipi tengkleng Ibu Ediyem, karena tempatnya tidak menyediakan tempat duduk layaknya tempat makan, jadi anda harus bersiap untuk makan dengan duduk di emperan.

Tengkleng Ibu Ediyem
Samping gapura Pasar Klewer
Buka sejak pagi hari

3. Sate Kere
Sate kere Yu Rebi
Sate ini disebut sate kere karena menu utamanya terbuat dari tempe gembus, yaitu tempe yang berasal dari ampas kedelai. Selain itu, terdapat juga sate jerohan sapi seperti paru, limpa, iso, ginjal, babat, hingga torpedo. Sate disajikan dengan bumbu kacang. Sebelum dibakar, bahan sate direndam dalam bumbu khusus, sehingga terasa gurih saat menyantapnya.

Sate Kere Yu Rebi
Jl. Kebangkitan Nasional  (Sebelah selatan Stadion Sriwedari)
Pukul 09.00-16.00 WIB
Jika malam hari, pindah tempat ke simpang barat Mangkujayan

4. Timlo Solo
Timlo Solo merupakan hidangan berkuah bening berisi sosis solo yang dipotong, telur pindang, dan ati ampela. Menu ini dihidangkan dengan nasi putih hangat yang ditaburi bawang goreng. Kuah beningnya terasa sangat gurih.

Timlo Sastro
Timur Pasar Gede
Buka mulai jam 08.00 WIB
Timlo Solo
Jl. Urip Sumohardjo
Buka pukul 09.00-21.00 WIB

5. Sate Buntel
Sate Buntel Tambak Segaran
Sate ini merupakan daging kambing yang sebelumnya dicincang dan diberi bumbu, sebelum kemudian dibuntel atau dibungkus lemak kambing. Sate ini disajikan bersama bumbu kecap, irisan tomat, cabe rawit dan irisan kol. Lemak yang membungkus daging, membuat sate terasa lebih gurih.

Sate Kambing Tambak Segaran
Jl. Sutan Syahrir 39, Widuran

6. Nasi Liwet
Nasi liwet merupakan mkanan khas Solo yang terdiri dari nasi yang dicampur dengan sayur labu siam, telur pindang, kumut (kuah santan dikentalkan) dan suwiran ayam. Biasanya disajikan dengan pincuk daun pisang. Nasi liwet ini mirip dengan nasi ayam Semarangan.

Warung Nasi Liwet Wongso Lemu Keprabon
Buka pukul 18.00 WIB

7. Selat Solo
Selat Solo adalah makanan adaptasi dari salad, yang terdiri dari irisan daging, potongan wortel, buncis, kentang, telur pindang, yang kemudian disiram dengan kuah kecap encer. Makanan ini merupakan hasil percampuran hidangan Solo dengan barat.

Warung Selat Mba Lies
Serengan
Buka jam 09.00 WIB

8 Sambel Tumpang
Sambel tumpang terdiri dari aneka sayuran rebus seperti bayam, tauge, kacang panjang yang disiram dengan kuah kental dan disajikan dengan nasi putih. Kuah sambel tumapang dibuat dari campuran santan dengan tempe semangit yang dihaluskan, biasanya juga dilengkapi dengan krecek, telur dan tahu. Anda dapat menemukan penjual sambel tumpang di sekitar Stadion Manahan Solo pada pagi hari.

9. Tahu Kupat
Tahu kupat terdiri dari ketupat, mie, tauge, tahu, bakwan yang dipotong-potong yang disiram dengan bumbu kacang dan kecap manis. Anda dapat melengkapinya dengan telur dadar.

Warung Tahu Kupat
Jl. Gajah Mada 95 (samping masjid Solihin)

10. Soto Gading
Soto yang paling terkenal di Solo. Penyajian serupa dengan soto-soto daerah lain pada umumnya, tetapi patut untuk anda coba.

Soto Gading
Jl. Brigdjen Sudiarjo, Gading
Buka jam 08.00 WIB, hari minggu tutup.

11. Gule Goreng
Ketemu kolesterol lagi!! Hahaha. Gulai kambing ini digoreng terlebih dahulu sebelum dimasak bersama kuah di atas anglo. Tentunya cara masak ini akan menghasilkan cita rasa yang gurih dan unik.

Gule Goreng
Jl. Diponegoro (sebelah gedung bioskop Dedy Theatre)

12. Wedangan
Wedangan bisa dikatakan sejenis dengan angkringan. Salah satu tempat ngumpulnya warga Solo di malam hari. Anda dapat menemuinya di segala sudut kota Solo. Beberapa wedangan mulai hadir dengan konsep modern. Berikut ini beberapa tempat pilihan untuk ngewedang:

Wedangan Pendhopo (my fav)
Jl. Sri Gading I ( dekat Solo Paragon)
Wedangan Rumah Nenek
Laweyan
Cafedhangan
dekat Stadion Manahan Solo.

13. Galabo (Gladag Langen Bogan)

Gladag Langen Bogan merupakan wisata kuliner malam di Solo. Gladag Langen Bogan Solo adalah arena kuliner yang hanya dibuka pada malam hari, berlokasi di sebelah timur bundaran Gladag, tepatnya di JL. Mayor Sunaryo depan Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo. sebelah utara berbatasan dengan situs bersejarah Beteng Vastenburg. Jika siang hari tetap sebagai jalan raya, sedangkan pada malam hari jalan ditutup untuk menjadi arena kuliner. Pusat jajanan malam hari ini menawarkan aneka macam makanan dan minuman khas tradisional yang sudah legendaris di Kota Solo, antara lain tengkleng, sate kere, mie thoprak, wedang ronde, wedang dongo, dan masih banyak lagi di Gladag Langen Bogan yang digelar di sepanjang jalan utama depan Pusat Grosir Solo dan Beteng Trade Center Gladag.
  
Galabo (Gladag Langen Bogan)
JL. Mayor Sunaryo
malam hari
  
14. Ngarsopuro Night Market
Ngarsopuro Night Market digelar di sepanjang citywalk kawasan pasar Windujenar, Ngarsopuro, di depan Pura Mangkunegaran. Tepatnya di Jalan Diponegoro. Ngarsopuro ini hanya buka pada malam minggu. Beberapa produk dan oleh-oleh maupun souvenir yang lazim dijumpai di sini. Selain itu, di Night Market Ngarsopuro juga banyak terdapat makanan serta jajanan pasar yang siap memanjakan lidah seperti Nasi liwet, Cabuk Rambak, Wedang Ronde, Sosis Solo, Bakso Bakar, Sate Kere, dll.
  
Ngarsopuro Night Market 
Jl. Diponegoro, Kawasan Pasar Windujenar (depan Pura Mangkunegaraan)
Setiap malam minggu
15. Minuman khas Solo
  • Dawet ayu: dawet ayu dalam Pasar Gede Hardjonagoro (pagi hari)
  • Tahok (ampas kedelai dengan kuah campuran gula dan jahe): dekat Pasar Gede Hardjonagoro
  • Gempol Pleret (bulatan beras dicampur dengan kuah santan dan parutan kelapa): teras toko abon Varia, Coyudan (pagi hari)
  • Wedang dongo (minuman aroma jahe, mirip wedang ronde): Warung klengkeng, keprabon (sore hingga malam), Warung Wedang Dongo, Balong (malam hari)
16. Oleh-oleh
Anda dapat membeli makanan khas ini sebagai oleh-oleh khas Kota Solo:

  • Abon:  Abon sapi dan ayam Varia  (Jl. Radjiman & Jl. Honggowongso)
  • Bakpia Balong: Kampung Balong (sebelah timur Pasar Gede)
  • Roti & Mandarijn: Toko Kue Orion, Jl. Urip Sumohadjo (toko kue tertua di Solo)
  • Serabi Notosuman: Serabi Notosuman Ny. Lidia (Jl. Moh. Yamin, Notosuman)
  • Rambak petis: Rambak petis Sapi Rumpun, Purwadingratan

Jika teman-teman ada rekomendasi kuliner lain di Kota Solo, boleh loh diberitahu tempatnya. Siapa tahu saya bisa berkesempatan mencicipinya kalau kembali berkunjung ke Solo lagi. O iya, beberapa tempat kuliner yang saya pernah coba, mungkin akan saya review jika sempat. Hehehe :))

Terima kasih telah menyimak postingan ini.

Tuesday, 4 August 2015

Dieng Culture Festival 2015: Jazz, Lampion & Ritual Cukur Rambut Gimbal


Dieng Culture Festival  (DCF) 2015 merupakan salah satu event tahunan yang secara rutin digelar di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng secara geografis berada dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara dan sebagian di wilayah Kabupaten Wonosobo.  Dieng Culture Festival merupakan kegiatan kebudayaan yang digagas oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, yang dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi, sekaligus sebagai promosi potensi wisata alam di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Acara utama dalam Dieng Culture Festival adalah ritual cukur rambut anak gimbal, dimana dalam tradisi masyarakat di Dataran Tinggi Dieng, anak gimbal, jika hendak dicukur rambutnya harus melalui prosesi ruwatan yang sakral. Tradisi tersebut masih bertahan bertahan hingga saat ini. Dieng Culture Festival merupakan salah satu contoh event yang baik dalam menyatukan seni, budaya, tradisi, alam dan tentunya industri kreatif dalam satu event. Tentunya, kolaborasi ini menghasilkan suatu event dengan daya tarik yang unik, dan menarik. Festival budaya ini, kini memasuki tahun ke-6 penyelenggaraan pada tahun 2015, dengan mengambil tajuk The Culture of Harmony. Dieng Culture Festival diselenggarakan pada 31 Juli hingga 2 Agustus 2015.
Suasana ritual pencukuran rambut gimbal di depan Candi Arjuna

Hari Pertama DCF 2015
 
Suasana keramaian Jazz Atas Awan DCF 2015
Dieng Culture Festival (DCF) 2015 memiliki tiga acara utama, yaitu acara Jazz Atas Awan, festival lampion dan kembang api, serta rangkaian upacara adat pencukuran rambut gimbal, sebagai acara puncak DCF. Pembukaan DCF 2015 dilakukan pada 31 Juli 2015, dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo. Pada malam harinya, acara Jazz Atas Awan diselenggarakan mulai pukul 19.00 WIB. Jazz Atas Awan menghadirkan beberapa penampil, seperti AbsurdNation, Geodipa Energi, HajarBleh, The Lounge, Jammers Instrumental hingga Sujiwo Tejo, seniman nyentrik yang diundang sebagai bintang tamu utama pada penyelenggaraan Jazz Atas Awan tahun ini. Ternyata, penyelenggaraan Jazz Atas Awan sudak masuk tahun ke-3. Sebagai puncak hari pertama gelaran budaya DCF 2015, Jazz Atas Awan berhasil menyedot perhatian ribuan penonton. Penyelenggaraan Jazz Atas Awan dilakukan di Pelataran Timur Kompleks Candi Arjuna. Sensasi berbeda menikmati alunan musik jazz di tengah suhu dingin Dataran Tinggi Dieng (2200 mdpl). Uniknya lagi, para pemegang tiket VIP DCF 2015 dapat menonton jazz sambil membakar jagung yang dibagikan panitia atau sekedar menghangatkan tubuh dengan anglo yang sudah disiapkan panitia. Walaupun demikian, penonton tanpa tiket juga dapat menikmati acara jazz tersebut, meskipun hanya dapat menonton di luar pagar pembatas. Pada malam itu, seluruh bintang tamu tampil luar biasa, terutama Sujiwo Tejo, yang membius semua jancukers yang hadir pada DCF 2015. Acara Jazz Atas Awan berlangsung hingga pukul 01.00 WIB, menandakan selesainya penyelenggaraan DCF 2015 hari pertama.

Sujiwo Tejo, salah satu penampil Jazz Atas Awan 2015

Hari kedua DCF 2015
Kembang api dan lampion di langit Dieng
Pada hari kedua penyelenggaraan DCF 2015, dimulai dengan acara ekspedisi mengejar sunrise di Bukit Pangonan, dilanjutkan dengan penanaman pohon dan acara jalan sehat serta minum purwaceng bareng. Kegiatan ini membuktikan bahwa DCF mampu mengkolaborasikan dengan baik seni, budaya, alam dan kesehatan dalam satu event saja. Pada hari kedua DCF 2015, festival lampion dan kembang api yang menjadi puncak acara, diselenggarakan pada malam hari. Pada pukul 19.00 WIB, ribuan orang tumpah ruah di Pelataran Candi Arjuna. Khusus pemegang tiket DCF, panitia membagikan satu buah lampion yang akan diterbangkan bersama-sama. Untuk acara lampion ini, penonton yang tidak mempunyai tiket dapat masuk area lampion, namun bedanya mereka tidak dapat ikut menerbangkan lampion. Acara puncak hari kedua pun dimulai dengan tarian api yang ditarikan di sekitar api unggun dekat dengan panggung utama. Setelah tarian selesai, panitia menerbangkan lampion besar sebagai tanda bagi para peserta untuk dapat menyalakan dan menerbangkan lampion masing-masing. Ribuan lampion  berhasil diterbangkan malam itu, diiringi dengan kembang api yang ditembakan ke atas langit Dieng. Sekitar pukul 21.00 WIB, acara lampion dan kembang api pun usai. Acara kemudian dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan di panggung utama, yang masih dalam pelataran timur kompleks Candi Arjuna.


Festival lampion, hari kedua DCF 2015
Hari Ketiga DCF 2015
Hari ketiga akan menjadi puncak acara DCF setiap tahunnya. Agendanya, apalagi kalau bukan Ritual Cukur Rambut Gimbal. Pemotongan rambut anak-anak berambut gimbal ini memerlukan ritual khusus dan sakral karena anak berambut gimbal dianggap sebagai titisan dewa. Anak berambut gimbal ini merupakan titisan Eyang Agung Kaladate dan Nini Ronce, yang merupakan leluhur suku dieng dan juga pertapa berambut gimbal pada jaman Majapahit. Apabila rambut gimbal itu dipotong sembarangan, dipercaya bahwa rambut gimbalnya akan tumbuh lagi. Bahayanya lagi, anak tersebut dapat jatuh sakit dan mendatangkan bencana bagi keluarganya. Uniknya lagi, prosesi ini hanya bisa dilakukan atas permintaan (atau persetujuan) anak yang berambut gimbal, dan apapun permintaan sang anak harus dipenuhi oleh orang tua atau walinya. Jangan heran kalau nanti permintaan mereka unik-unik, yah namanya saja anak-anak.

Ritual Cukur Rambut Gimbal pada hari ketiga penyelenggaraan DCF 2015, dimulai dengan kirab budaya keliling Dieng, yang dimulai dari rumah tetua adat Dieng sampai akhirnya finish di dalam kompleks Candi Arjuna. Anak berambut gimbal akan diarak keliling dieng, diikuti dengan beragam sesaji yang disediakan sebagai "ubo rampe". Tidak ketinggalan pula, performance rombongan pendukung kirab, yang menarikan tarian tradisional pada beberapa titik.

Rombongan kirab budaya
"ubo rampe" ritual

Pengunjung yang mempunyai tiket dapat masuk ke dalam kompleks Candi Arjuna. Sementara itu, pengunjung yang tidak mempunyai tiket hanya menonton dari luar garis pembatas yang telah disediakan panitia. Oh iya, beberapa pengunjung sudah terlihat menempati diri di depan Candi Arjuna maupun di Dharmasala kompleks Candi Arjuna. Mereka mencari spot yang terbaik untuk mengikuti prosesi ritual. Kirab rombongan anak berambut gimbal akan memasuki kompleks Candi Arjuna untuk menuju Dharmasala terlebih dahulu untuk melakukan ritual Jamasan (Penyucian rambut), sebelum nantinya dibawa menuju pelataran Candi Arjuna, tempat dimana ritual cukur rambut akan dilaksanakan.
Dharmasala kompleks Candi Arjuna, tempat ritual jamasan berlangsung
Beberapa anak rambut gimbal yang akan menjalani ritual
Sementara itu, di depan Candi Arjuna, wisatawan duduk rapih di depan pelataran candi menunggu datangnya rombongan anak gimbal yang akan mengikuti prosesi ruwatan. Pada tahun ini, ada 10 anak berambut gimbal yang akan menjalani ritual tersebut. Umurnya bervariasi, mulai dari 4 hingga 8 tahun. Permintaan mereka pun unik-unik, antara lain ada yang meminta gelang emas, sepeda, anak tongkol, sekerajang buah apel yang harus dikeluarkan dari lemari es, penari lengger, hingga permintaan berfoto dengan teletubbies. Permintaan tersebut harus dipenuhi dan diberikan langsung kepada anak tersebut setelah ritual pemotongan selesai. Pemotongan rambut gimbal dilakukan secara bergantian oleh pemangku adat, pejabat daerah, hingga seniman nyentrik, Sujiwo Tejo, yang ternyata turut hadir mengikuti ritual tersebut. Setelah semua ritual pemotongan selesai, potongan rambut gimbal tersebut kemudian dihanyutkan ke Telaga Warna yang menandakan bahwa rambut tersebut dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Ratu Laut Kidul. Ritual ini disebut ritual pelarungan rambut gimbal. Ritual ini pun menandakan bahwa penyelenggaraan DCF 2015 telah usai.


Ritual Pencukuran Rambut Gimbal
Pengalaman beda dan unik, saya rasakan saat mengikuti event DCF 2015. Salut saya kepada semua pihak penyelenggara yang mampu menghadirkan event yang secara kreatif mengabungkan budaya tradisi leluhur dengan acara modern yang dikemas secara baik. Tidak heran jika acara DCF, dapat menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara setiap tahunnya. Jika ada kesempatan pun, saya mau untuk melihat DCF tahun depan. Semoga ya.


Informasi Tambahan: Tips bagi penonton yang ingin mengikuti DCF tahun depan:
  1. Harus rajin mengikuti informasi DCF melalui website atau pun twitter.
  2. Pastikan anda membeli tiket terlebih dahulu, dan disarankan untuk memesan penginapan dari jauh hari sebelumnya. Anda dapat memesan hostel, homestay di sekitar Desa Dieng Wetan dan Dieng Kulon. Beberapa agen wisata juga menjual paket tiket dan penginapan sekaligus.  Sebagai informasi, tahun ini, panitia menjual tiket VIP seharga Rp. 200.000,00/ tiket terusan tiga hari penyelenggaraan DCF 2015, yang dapat di beli melalui website DCF.  Bagi para pemegang tiket, selain mendapat keuntungan saat berada di dalam venue, pemegang tiket juga mendapat goodie bag yang berisi kaos DCF, kain batik, gelang, dan buku petunjuk acara.
  3. Karena suhu Dieng yang dingin, maka wajib bagi anda untuk membawa pakaian tebal, sarung tangan, atau keperluan lainnya.
  4. Akses menuju Dieng, sangatlah mudah terutama bila dijangkau dari Wonosobo. Jalanan yang berliku, membuat anda harus ekstra waspada.
  5. Ajaklah sebanyak mungkin teman anda, semakin banyak maka semakin seru pula.
  6. Usahakan anda meluangkan waktu lebih, karena Dataran Tinggi Dieng sangatlah luas dan beragam tempat wisata yang dapat anda datangi dan sayang jika dilewatkan. Jika yang menyukai wisata alam, anda bisa menyempatkan untuk mendaki Puncak Sikunir maupun Gunung Prau, dimana anda dapat melihat matahari terbit nan elok.

Kontak: Sekretariat Desa Wisata Dieng Kulon
Jl. Raya Dieng km. 01, Batur, Banjarnegara
Website: www.dieng.id 
Twitter: @festivaldieng
email: diengculturefest@gmail.com



Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah 2015 Periode 4: 13 Juli- 8 Agustus 2015 "Event Budaya/ Wisata Jateng".

Menikmati Pertunjukkan Wayang Orang Sriwedari


Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, saat saya menginjakkan kaki di Taman Sriwedari, Solo. Pertama kali yang saya rasakan saat sampai di sini adalah perasaan takjub melihat gerbang Taman Sriwedari yang terlihat megah nan kokoh. Taman Sriwedari terletak di pusat Kota Solo, yaitu di Jalan Slamet Riyadi no. 275. Letaknya yang sangat strategis membuat Taman Sriwedari sangat mudah dijangkau. Taman Sriwedari ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Kota Solo. Dahulunya, Taman Sriwedari dibangun oleh Paku Buwono X untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga kerajaan. Bukan cuma itu, taman ini juga dijadikan tempat istirahat untuk keluarga kerajaan pada saat itu. Namun kini, Taman Sriwedari dapat dinikmati oleh umum dan dikenal sebagai tempat rekreasi keluarga di Kota Solo. Tidak heran jika pada akhir pekan, tempat ini banyak dikunjungi warga kota Solo.
Gerbang Taman Sriwedari

Patung Penari Sriwedari
Penasaran apa saja yang ada di dalam Kompleks Sriwedari, saya pun masuk lebih dalam ke dalam kompleks tersebut. Saya langsung disambut dengan sebuah rumah joglo dengan patung berwarna emas yang menggambarkan sepasang penari yang dibangun tahun 2007. Ternyata patung tersebut dibangun untuk memperingati 100 tahun berdirinya Taman Sriwedari. Wah, sudah tua juga ya. :))
Dekat dengan rumah joglo, terdapat beberapa toko yang menjual souvenir khas Solo dan tepat disebelahnya terdapat kompleks arena permainan, yang dikenal dengan Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari.  Taman Hiburan Rakyat Sriwedari merupakan tempat rekreasi keluarga, yang berisi beraneka macam wahana permainan anak, dan mini water park. Di sini pula sering diadakan pertunjukkan orkes melayu, band hingga dangdut yang diselenggarakan pada malam-malam tertentu.
Kondisi Taman Sriwedari saat itu terlihat sangat sepi dan terkesan kumuh. Hanya terlihat beberapa orang yang sedang tertidur di joglo dalam kawasan Sriwedari. Kesan "hiburan" tidak saya temukan saat itu. Mungkin waktu berkunjung yang kurang pas mengingat tempat ini baru ramai di malam hari.

Masuk lebih dalam kawasan Sriwedari, saya tertarik pada sebuah gedung yang terlihat seperti gedung pertemuan. Ternyata setelah tanya sana-sini, ternyata gedung itu merupakan gedung yang biasanya dijadikan tempat pertunjukan wayang orang dan dikenal dengan Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari. Awalnya, saya sempat mengira kalau gedung tersebut sudah tidak digunakan lagi karena saat itu memang keadaan sekitar GWO Sriwedari sangatlah sepi, pintu gedung tertutup dan tidak ada aktifitas kesenian yang terlihat di sekitar gedung. Karena kepo lanjut saya lalu tanya-tanya ke pedagang angkringan yang ada di seberang gedung. Ternyata informasi yang saya dapatkan ternyata gedung ini masih berfungsi hingga sekarang. Pertunjukan warang orang masih rutin dipentaskan di sini setiap Senin hingga Sabtu. Saya disarankan untuk kembali ke sini pada malam hari karena  memang pertunjukan wayang orang baru diadakan jam delapan malam. Beruntung waktu saya berkunjung saat itu adalah hari Rabu, tentunya saya tidak akan melewati kesempatan ini. Kapan lagi menikmati pertunjukkan wayang orang secara langsung.
Wayang orang Sriwedari ini merupakan seni pertunjukan tradisional Jawa hasil peran kreatif dari Mangkunegara I yang memadukan unsur tarian, vokal dan karakter dengan lakon cerita yang berasal dari epos-epos Mahabarata dan Ramayana.

THR Sriwedari
Karena penasaran dengan pertunjukan wayang orang, saya pun kembali ke Taman Sriwedari malam harinya. Saya cukup terkejut ternyata penampilan Taman Sriwedari di malam hari sangat berbeda. Saat itu, Taman Sriwedari sangat ramai penunjung. Pedagang souvernir, mainan hingga penjual makanan berjejer di dalam kompleks. Tentunya tidak ketinggalan tentunya, pasar "dadakan" batu akik, yang ternyata juga nge-hits di Solo.


GWO Sriwedari
Sambil menunggu pukul delapan malam, saya memilih untuk menikmati segelas teh anget dan menikmati nasi kucing di angkringan dekat GWO Sriwedari. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, harusnya waktu pertunjukkan wayang orang sudah dimulai. Namun kondisi saat itu, pintu masuk masih tertutup. Begitu pula dengan loket tiket, tidak ada aktifitas penjualan tiket di sana. Hanya ada beberapa orang yang sedang menunggu di bagian depan gedung.  Sempat saya kira tidak ada pertunjukan malam itu.
Syukurlah tidak beberapa lama, loket tiket mulai dibuka. Beberapa orang yang tadi menunggu mulai mengantri di loket tersebut. Saya cukup kaget saat mengetahui harga tiket masuk pertunjukkan, yang ternyata hanya Rp 3.000,00. Harga tersebut berlaku untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Murah sekali ya!


Tiket sudah di tangan, saya pun langsung masuk ke dalam gedung. Bagian dalam gedung ternyata luas sekali. Terlihat panggung pertunjukan yang besar, lukisan-lukisan indah menghiasi dinding gedung, dan kursi-kursi penonton yang disusun rapi. Tidak ketinggalan seperangkat lengkap Gamelan Jawa yang ada di bagian depan panggung. Kapasitas gedung bisa mencapai 250 hingga 300 penonton, tetapi saat itu baru terisi sekitar 40 orang. Terlihat beberapa wisatawan mancanegara yang ternyata antusias menyaksikan pertunjukan saat itu. Rata-rata penonton yang hadir ternyata orang tua, hanya terlihat beberapa anak muda yang ikut menonton pertunjukan malam itu.

Suasana dalam GWO Sriwedari
Lukisan dalam GWO Sriwedari
Suasana panggung GWO Sriwedari
Sekitar pukul 20.20 WIB, terlihat beberapa orang berpakaian lengkap khas jawa mulai masuk ke dalam arena pertunjukan. Alunan gamelan pun mulai terdengar, tanda pertunjukan akan segera dimulai.

Pemain gamelan mulai menyiapkan diri
Tidak beberapa lama, narasi pertunjukan mulai dibacakan. Tirai panggung pun segera terbuka. Pertunjukan wayang orang diawali dengan munculnya para wayang yang menari mengikuti alunan gamelan. Pada hari ini, cerita yang dimainkan berjudul "Tresna Suci". Ternyata cerita yang dipentaskan oleh para wayang setiap harinya berbeda-beda lho. Luar biasa sekali mereka ini. *tepuktangan*

Sepanjang pertunjukan, para wayang pun menari dengan baik dan indah. Mereka pun memainkan lakonnya dengan apik. Seluruh pertunjukan wayang orang ini dibawakan dengan bahasa Jawa, mulai dari dialog, narasi hingga lagu yang dinyanyikan. Latar belakang panggung pun berganti sesuai adegan dan cerita yang dilakonkan.


Alunan musik gamelan mengalun seirama sesuai adegan yang sedang ditampilkan. Walaupun roaming bahasa, tidak mengurangi semangat saya untuk menonton dan menikmati pertunjukan malam itu. Saya sangat excited mengikuti jalannya adegan demi adegan yang dipentaskan, hingga tidak terasa ternyata kurang lebih 2 jam pertunjukan telah berlangsung.

Beberapa scene dalam lakon "Tresna Suci".
Saya juga sempat mengabadikan salah satu scene fighting yang dibawakan saat pertunjukan kemarin.


Pengalaman menonton wayang orang Sriwedari merupakan pengalaman yang sangat menarik dan unik bagi saya yang sebelumnya belum pernah menyaksikan pertunjukan seperti ini secara langsung. Pertunjukan wayang orang Sriwedari dapat menjadi alternatif wisata yang wajib untuk disaksikan jika berkunjung ke Solo.


Informasi:
Gedung Wayang Orang Sriwedari, Kompleks Sriwedari 
Jl. Slamet Riyadi No. 275, Solo
Pertunjukan setiap Hari Senin hingga Sabtu
Mulai pukul 20.00 WIB
Harga tiket masuk Rp 3.000,00 (Juli 2015)