Pages - Menu

Sunday, 27 December 2015

[Review] Hotel Horison Ultima Purwokerto



Purwokerto dikenal sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah. Kota yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Banyumas ini sejak lama terkenal akan sejarah dan aneka ragam kulinernya. Tidak hanya itu, kota ini ternyata juga menyajikan banyak daya tarik wisata alam yang tidak bisa untuk dilewatkan. Banyak tempat wisata alam yang dapat dijelajahi di Kota Purwokerto dan sekitarnya. Tidak heran, kini, kota ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata favorit di Jawa Tengah.

Mencari hotel di Purwokerto bukanlah perkara sulit. Layaknya kota besar lainnya, begitu banyak hotel yang dapat dijadikan pilihan menginap di kota ini. Mulai dari yang hotel melati hingga hotel berbintang dapat dengan mudahnya ditemukan di sini. Tinggal disesuaikan dengan budget yang dimiliki.

Nah, bagaimana jikalau kebutuhan menginap yang harus dipenuhi adalah mendapatkan tempat beristirahat yang bersih, nyaman, fasilitas lengkap, sarapan yang enak dan lengkap serta lokasi strategis dengan standar hotel berbintang? Hotel Horison Ultima Purwokerto adalah jawabannya. 
Hotel Horison Ultima Purwokerto tampak depan

Saturday, 19 December 2015

Candi Bogang, Jejak Candi yang Terlupakan




Ada pemandangan unik yang dapat kita lihat saat menelusuri jalan provinsi antara Wonosobo dan Banyumas, tepatnya di Jalan Raya Banyumas KM 5,5. Di sini terdapat sebuah situs peninggalan kuno yang bernama Candi Bogang. Situs Candi Bogang terletak di Kelurahan Selomerto, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Terdengar asing memang, saya pun baru mendengar nama situs ini saat mengunjunginya beberapa saat lalu. Meskipun bernama Candi Bogang, jangan berharap untuk menemukan struktur bangunan sebagaimana candi pada umumnya.


Situs peninggalan Candi Bogang tampak depan
Walaupun demikian, cukup menarik sebenarnya untuk menelusuri sejarah Candi Bogang ini, mengingat belum ada situs peninggalan sejenis lainnya yang terletak di daerah selatan Wonosobo. Memang banyak situs peninggalan berupa candi di Wonosobo dan sekitarnya, namun sebagian besar situs tersebut hanya dapat ditemukan di kawasan Dieng, bagian utara dari Wonosobo.


Saturday, 12 December 2015

Roemah Martha Tilaar, Bukti Cinta Sang Maestro Kecantikan



Sebuah bangunan tua yang tampak terawat dengan baik menarik perhatian saya ketika melewati jalanan Kota Gombong. Roemah Martha Tilaar begitu warga sekitar menyebut bangunan yang berarsitektur khas Kolonial tersebut. Rumah tua nan anggun ini menyimpan beribu kisah dan kenangan dari seorang Martha Handana atau Tjhie Pwee Giok atau kini lebih dikenal dengan Martha Tilaar. Beliau merupakan seorang maestro kecantikan yang sudah malang melintang di industri kecantikan dan pengobatan tradisional Indonesia. Beliau lahir di sebuah kota kecil di bagian selatan Jawa Tengah, yakni Gombong, Kabupaten Kebumen. Beliau menghabiskan masa kecilnya di sini selama kurang lebih sepuluh tahun, sebelum akhirnya beliau dibawa untuk hijrah ke Jakarta. Banyak kenangan manis dan pelajaran yang diperoleh dari seorang Martha Tilaar di sini. Semua hal tersebut menempa beliau sehingga menjadi sosok wirausahawan yang sukses seperti sekarang. Meskipun terhitung cukup singkat, tidak lantas membuat seorang Martha Tilaar melupakan kota tempat di mana dia berasal. Desember 2014, Beliau kembali ke Gombong dan meresmikan Roemah Martha Tilaar, sebagai kontribusi beliau bagi kota kelahirannya.

Roemah Martha Tilaar yang bergaya arsitektur Indische Empire
Roemah Martha Tilaar, tempat di mana Martha Tilaar kecil tinggal, kini disulap menjadi sebuah museum mungil nan apik. Tidak hanya menyajikan arsitektur yang anggun dan menawan, Roemah Martha Tilaar juga mampu membawa kita untuk menggali dan menelusuri kisah sang empunya rumah.

Friday, 4 December 2015

Rajawali Cinema, Bioskop Tua dari Purwokerto



Sekitar 2 bulan lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi Kota Purwokerto. Sejak terdampar di Wonosobo, saya jadi sering ke kota ini, tapi biasanya hanya numpang lewat saja. Berhubung ada waktu longgar, kesempatan kali ini saya pakai untuk jalan-jalan sejenak di kota ini. Nah, salah satu agenda yang saya rencanakan adalah menonton film. Maklum, sekitar 2 bulan terakhir di Wonosobo, saya tidak update dengan film yang sedang tayang di bioskop. Ada bioskop di Wonosobo, tapi film yang diputar tidak update. *sad* 

Awalnya, saya sempat mengira kalau di Purwokerto ada banyak bioskop. Maklum, setau saya Purwokerto merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah. Setelah googling dan bertanya teman yang dulu kuliah di sini, ternyata hanya ada satu bioskop saja di Purwokerto, namanya Rajawali Cinema. Belum ada bioskop jaringan 21 ataupun bioskop kekinian lainnya di kota ini. 

Rajawali Cinema merupakan satu-satunya bioskop yang ada di Purwokerto. Rajawali Cinema terletak di Jalan Jendral S. Parman No. 69, Purwokerto. Bioskop ini ternyata sudah berdiri sejak sekitar tahun 1980. Berarti sudah 35 tahun berdiri. *tepuktangan* Bioskop ini telah menjadi saksi sejarah pasang surut perfilman di Indonesia. Usut punya usut, dahulu kala ada 7 gedung bioskop di kota ini, tetapi 6 bioskop lainnya sudah ditutup dan gedungnya sudah dialihfungsikan. Kini, hanya Rajawali Cinema yang mampu bertahan. Wah, luar biasa ya!

Bangunan khas Rajawali Cinema Purwokerto

Wednesday, 25 November 2015

Jeans Chilli Chicken, Resto Korea dengan Nuansa Berbeda



Kali ini saya ingin sharing tentang salah satu tempat makan favorit saya di Jakarta, Jeans Chilli Chicken namanya. Jeans Chilli Chicken merupakan franchise restoran Korea yang ada di Sydney, Australia. Nah, restoran yang baru buka di Indonesia awal tahun 2013 ini hanya mempunyai satu cabang di Jakarta dan letaknya di Mal Gandaria City, Jakarta Selatan, tepatnya di lantai Upper Ground. Katanya sih cabang ini satu-satunya cabang Jeans Chilli Chicken di Asia.


Logo Jeans Chilli Chicken sesuai dengan spesialisasinya.
Dari penampakan luarnya, Jeans Chilli Chicken terlihat sederhana, tetapi tetap terlihat eye catching. Interior restoran terdiri dari beberapa meja dengan kursi kayu yang terlihat seperti tempat duduk anak SD. :)) 

Dekorasi pada salah satu dinding resto. Simple tapi tetap eye catching. Pic by Zomato

Friday, 6 November 2015

Lubang Sewu, Fenomena Unik di Tepi Waduk Wadaslintang



Lubang Sewu, begitu warga sekitar menyebut jajaran tebing bebatuan kapur yang ada di tepi Waduk Wadaslintang. Lubang Sewu  terletak di Desa Erorejo, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Mungkin banyak yang sudah mengetahui tentang waduk yang satu ini, namun belum banyak yang mengetahui spot unik yang ada di salah satu sisi Waduk Wadaslintang ini.

Tebing kapur di tepi Waduk Wadaslintang

Lubang Sewu merupakan salah satu tempat wisata yang kini sedang populer di Wonosobo. Lubang Sewu merupakan jajaran batuan kapur yang membentuk tebing-tebing tinggi, yang masing-masing memiliki pola unik berupa garis dan lubang. Tidak heran, warga sekitar sering menyebutnya sebagai miniatur Grand Canyon yang ada di Colorado, Amerika Serikat. Mungkin karena bentuknya yang hampir mirip. Sebetulnya pola unik berupa garis dan lubang yang ada di bebatuan tersebut merupakan sebuah karya alam yang terbentuk akibat kikisan air waduk dalam jangka waktu yang lama.


Struktur batu dengan pola yang unik

[Review] The Sunan Hotel Solo



Panas terik cuaca hari itu, menyambut kedatangan saya di Solo. Kebetulan saya naik travel dari Wonosobo dan turun di Terminal Tirtonadi. Rencananya hari ini saya akan menginap di The Sunan Hotel Solo. Itu pun karena kebetulan dapat voucher, jadi Alhamdulillah yah, lumayan lah ya satu hari merasakan menginap di hotel bintang 4. Hehehe.

Kebetulan pas banget dengan waktunya check in hotel. Niatnya si mau agak ngirit, tapi berhubung belum sempat browsing angkutan yang menuju hotel, jadinya saya memutuskan untuk menggunakan taksi. Awalnya mau naik becak, tapi kok ya kasian ya abang becaknya. Hahahaha. Ternyata jarak hotel tidak terlalu jauh, hanya sekitar 10 menit perjalanan dari Terminal Tirtonadi dengan jalanan yang tidak terlalu padat.

Lokasi
Halaman depan The Sunan Hotel Solo. Sumber


The Sunan Hotel Solo terletak di Jl. Ahmad Yani 40, Solo. Letak hotel ini cukup jauh dari pusat kota. Jarak antara hotel dengan Keraton Kasunanan Surakarta dan Pasar Klewer sekitar 4 km. Untuk mencapai pusat perbelanjaan terdekat, Solo Grand Mall maupun Solo Paragon Lifestyle Mall, memerlukan jarak tempuh sekitar 2 km. Sekitar 15 menit dibutuhkan untuk mencapai Bandara Adi Sumarmo dari hotel ini. Sebenarnya jarak ini bukan masalah besar, apalagi jika menggunakan mobil. Taksi pun bisa dapat ditemukan dengan mudahnya di sekitar hotel. Mungkin yang menjadi catatan, daerah sekitar hotel ini cukup sepi. Tidak banyak pilihan tempat makan maupun hiburan di sekitar hotel, apalagi yang buka hingga tengah malam.

Saturday, 24 October 2015

Saatnya Berburu Batik Solo


Solo merupakan surga bagi pecinta batik. Menemukan batik di kota ini bukan menjadi hal yang sulit. Sejauh mata memandang, di setiap sudut kota ini, ada saja toko yang menjual kerajinan berbahan dasar batik. Mulai dari batik dengan harga yang miring hingga batik dengan harga yang bisa buat mata melek dapat ditemukan di kota ini.

House of Danar Hadi, Gerai batik di Jl. Slamet Riyadi
Usai mengisi otak di Museum Batik Danar Hadi, kini waktunya untuk berburu batik Solo. Ada beberapa tempat bisa dikunjungi jika ingin membeli batik. Apabila kita yang ingin mencari batik "kelas atas", di sini terdapat label batik yang namanya sudah terkenal di Indonesia, antara lain batik Semar, batik Keris dan batik Danar Hadi. Ketiga label batik yang sudah memiliki banyak gerai di Indonesia ini merintis usahanya di Kota Solo. Tentunya harga batik di sini memiliki harga yang lebih tinggi dibanding dengan toko lainnya. Namun, kualitas batik yang akan kita dapatkan tentunya tidak usah diragukan lagi, sesuai dengan apa yang kita keluarkan. Keuntungan lainnya, batik di sini banyak pilihannya dan jika Anda memiliki badan sexy seperti saya, kita bisa dengan mudah mendapatkan batik dengan ukuran yang lebih besar di sini. Hahahah :'(. Huffft...

Bila ingin mencari batik dengan harga miring, tempat yang pertama yang patut kita kunjungi adalah Beteng Trade Center (BTC). Salah satu tempat perbelanjaan di Solo ini terletak di Jl. Mayor Sunaryo, Ps. Kliwon, Solo. Letak BTC sangat strategis, dekat dengan ikon wisata Kota Solo, seperti Keraton Kasunanan, Benteng Vastenburg dan Pasar Klewer. Bangunan tiga lantai ini tidak hanya memiliki toko yang khusus menjual batik saja, tetapi di sini juga kita dapat menemukan toko yang menjual oleh-oleh khas Solo dan aneka tekstil lainnya.

Thursday, 22 October 2015

Mengenal Mahakarya Indonesia di Museum Batik Danar Hadi



Batik, siapa yang tidak tahu kerajinan yang satu ini. Kerajinan bernilai seni tinggi yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia. Mungkin kalau berbicara tentang kerajinan yang telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tahun 2009 ini tidak akan ada habisnya. Beragam jenis, teknik, motif batik yang dimiliki Indonesia dengan sejarah dan kekhasannya masing-masing. Berbicara tentang batik, tentunya tidak bisa lepas dengan kota yang satu ini, Kota Solo.

Batik sudah menjadi salah satu ikon Kota Solo. Batik dapat dengan mudahnya ditemukan segala sudut kota ini. Kita dapat menemukan ratusan tempat yang menjual produk berbahan dasar batik. Mulai dari tempat menjual  batik dengan harga miring, hingga batik dengan harga yang membuat kita menghela nafas. Huffft.

Tidak kenal, maka tidak sayang
Begitu katanya.


Jika kita ingin mengenal seluk beluk batik, di sini terdapat tempat yang tepat untuk kita kunjungi, yaitu Museum Batik Danar Hadi. Siapa yang tidak tahu dengan label dagang batik yang satu ini. Galeri batiknya dapat dengan mudah ditemukan di beberapa kota di Indonesia. Ternyata Danar Hadi memiliki sebuah museum batik yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 261, Solo. Letaknya yang strategis di salah satu jalan protokol Kota Solo membuat museum ini dapat dengan mudah ditemukan. Letak museum ini juga tidak jauh dari Museum Radya Pustaka dan Taman Budaya Sriwedari. Museum ini berada dalam kompleks bangunan kuno yang merupakan cagar budaya, Ndalem Wuryaningratan. Bangunan ini dahulunya merupakan kediaman KRMTA Wuryaningrat, cucu dari Raja Solo, Sri Susuhunan Pakubuwono IX. Museum Batik Danar Hadi yang diresmikan tahun 2002 ini berada satu kompleks dengan Ndalem Wuryaningratan, Cafe Soga dan Galeri House of Danar Hadi.


Museum Batik Danar Hadi berada satu kompleks Ndalem Wuryaningratan, Cafe Soga & House of Danar Hadi
"Pintu masuk" Museum Batik Danar Hadi
Museum ini tidak memiliki pintu masuk khusus. Jadi, untuk masuk ke dalam museum ini, kita harus masuk dahulu ke dalam Galeri House of Danar Hadi. Selain sebagai pintu masuk museum, Galeri House of Danar hadi juga sebagai showroom yang menjual kerajinan produksi PT. Danar Hadi, mulai dari baju, celana hingga souvenir berbahan batik lainnya. Untuk masuk ke dalam museum, kita dapat membeli tiket masuk di kasir seharga Rp. 35.000,00/orang. Setelah membeli tiket, kita akan diantar menuju bagian belakang toko menuju pintu yang membawa kita ke dalam museum. Nah, di sini kita sudah ditunggu oleh guide yang siap untuk mengantar kita untuk berkeliling museum.



Bagian muka Museum Batik Danar Hadi

Friday, 9 October 2015

Pesona Sang Kota Barongan



Matahari masih belum terbit ketika alarm mulai berbunyi membangunkan kami dari tidur. Beberapa dari kami mulai bersiap-siap untuk mandi dan ada yang masih mengumpulkan nyawa. Ya pagi ini, kami memang dijadwalkan untuk melihat matahari terbit di salah satu obyek wisata yang sedang hits di Blora, yaitu Bukit Pencu. Karena tidak ingin melewatkan momen matahari terbit, kami berniat untuk berangkat dari hotel kami sebelum subuh menjelang.

Bukit Pencu
Tepat pukul empat pagi, rombongan kami memulai perjalanan hari kedua di Kota Barongan ini. Kali ini, mobil yang membawa rombongan kami berjalan ke arah timur Kabupaten Blora. Bukit Pencu terletak di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kabupaten Blora, sekitar 9 km ke arah timur Blora. Perjalanan menuju Bukit Pencu tersebut lumayan lancar dengan jalan relatif baik dan masih dapat dilewati mobil. Perhatian ekstra sangat diperlukan saat melewati jalan desa karena jalan yang berbatu dan sempit. Dengan kecepatan mobil yang sedang-sedang saja yang penting dia setia, kami mencapai tempat pemberhentian sekitar pukul 04.50 WIB. Eisssttt tunggu dulu, ternyata perjalanan kami masih belum selesai, karena kami masih harus berjalan melewati medan berbatu yang berjarak sekitar 400 meter untuk menuju ke puncak Bukit Pencu. Untung saat itu, matahari masih malu-malu untuk muncul, memberi harapan kepada kami untuk dapat melihat matahari terbit hari itu..

Kendaraan kami berhenti di lahan parkir yang sudah disediakan oleh warga sekitar, tepat di kaki Bukit Pencu. Mulai dari sini, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Bismillah moga kuat Ya Allah! Ahahah...


Jalan setapak menuju Puncak Pencu
Kami berjalan menelurusi jalan setapak dengan pemandangan pohon jati sepanjang perjalanan kami. Ladang jagung dan pematang sawah juga kami lewati dalam perjalanan menuju puncak Bukit Pencu. Sekitar 200 meter, kami melewati jalan yang relatif datar dan tidak terlalu terjal. Tetapi, 200 meter menjelang puncak, medan yang dihadapi lebih menantang dari sebelumnya. Medan yang dihadapi lebih berbatu dan terjal memaksa kami untuk lebih berhati-hati untuk mengatur langkah kami menuju puncak Bukit Pencu.
Medan berbatu membuat kami lebih berhati-hati dalam mengatur langkah kami
Kalau saja tidak sedang kemarau, pasti pemandangan di sini lebih hijau lagi

Melihat Lebih Dekat Kabupaten Blora



Senin, 28 September 2015 yang lalu adalah hari yang saya tunggu-tunggu karena pada hari ini saya bersama rekan-rekan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah dijadwalkan akan melakukan perjalanan wisata ke Kabupaten Blora. Kesempatan ini saya peroleh setelah tulisan saya mengenai Dieng Culture Festival yang lalu, berhasil menjuarai lomba blog Visit Jawa Tengah periode 4 yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.

Jam menunjukkan pukul 07.00 WIB, ketika saya tiba di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah di Jl. Pemuda, Semarang. Sesampainya di sana, saya disambut Mba Ratri sebagai perwakilan Dinbudpar Jateng dan dikenalkan kepada beberapa pihak yang juga ikut serta dalam perjalanan kali ini, ada dari media televisi, cetak dan rekan-rekan Dinbudpar Jateng tentunya. Perjalanan kali ini merupakan perjalanan pertama kali  saya ke Kabupaten Blora. Sekitar pukul setengah delapan pagi, dua mobil Kijang yang membawa rombongan kami mulai bertolak menuju Kabupaten Blora. Kabupaten Blora terletak di sebelah timur dari Kota Semarang. Perjalanan kami menuju Kabupaten Blora membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam melalui jalur Pantura. Tempat yang pertama kali kami datangi adalah kantor Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blora. Di sini kami disambut hangat oleh Bapak Sugiyanto beserta jajaran dinas terkait. Setelah mendapat penjelasan dan briefing mengenai kegiatan kami selama di sana, kami mulai beranjak untuk melanjutkan perjalanan wisata kami. Kali ini tempat yang akan kami datangi adalah Waduk Tempuran.

Waduk Tempuran
  
Obyek wisata Waduk Tempuran ini terletak di Desa Tempurejo, yang berjarak  10 km dari pusat kota Blora. Waduk Tempuran yang dibangun sejak tahun 1917 ini memiliki arti penting bagi masyarakat sekitar. Selain pariwisata, waduk ini juga difungsikan untuk perikanan, irigasi pertanian warga sekitar, bahkan waduk ini sering dijadikan tempat berlatih atlet-atlet dayung lokal maupun nasional. Untuk masuk ke dalam kawasan Waduk Tempuran, kita tidak perlu mengeluarkan biaya. Latar belakang perbukitan dan hamparan sawah di sisi barat waduk menambah indahnya pemandangan Waduk Tempuran. Salah satu yang unik dari Waduk Tempuran ini, kita dapat melihat pulau kecil yang ada di tengah waduk, layaknya Danau Toba dengan Pulau Samosirnya. Disinilah terdapat Dusun Juwet, salah satu dusun di Desa Tempurejo. Sayangnya, saat kami mengunjungi Waduk Tempuran, air waduk tersebut sedang surut karena musim kemarau yang sedang melanda Kabupaten Blora. 
Waduk Tempuran, Desa Tempurejo, dibangun 1917.

Monday, 5 October 2015

Kota Tua Jakarta, Menelusuri Jejak Historis Sang Metropolitan


Ini cerita saya selama di Jakarta. Sebuah kota yang tidak asing bagi saya yang tinggal hampir 12 tahun di Bekasi. Jarak Bekasi-Jakarta tidaklah jauh dan dapat dengan mudah dijangkau dengan beragam moda transportasi. Namun, ntah mengapa tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk menjadikan Jakarta sebagai destinasi wisata sebelumnya. Mungkin gedung-gedung pencakar langit dan kemacetan ibukota, membuat saya mengesampingkan nilai historis kota ini. Padahal Jakarta memiliki potensi wisata yang sebetulnya tidak kalah dengan kota lainnya di Indonesia. Saya pun terpikir menghabiskan satu hari saya untuk menjelajahi kota nan megah ini. Mungkin satu hari tidak cukup untuk menjelajahi kota ini, tetapi satu hari cukup untuk mulai mengenal beberapa potensi yang dimiliki kota metropolitan ini.

Jika berkeinginan menjelajahi Jakarta, Stasiun Jakarta Kota menjadi pilihan baik untuk dijadikan starting point untuk memulai perjalanan di kota yang katanya tidak pernah tidur ini. Stasiun ini menjadi tempat pertemuan berbagai moda transportasi ibukota, seperti busway, commuter line, angkutan umum, dan sebagainya. Tentunya hal ini memudahkan kita untuk menuju berbagai tempat di Jakarta. Dekat Stasiun ini pula kita dapat melihat kawasan kota tua, salah satu ikon wisata Jakarta. Jika hanya memiliki waktu terbatas untuk mengunjungi Jakarta, Kawasan Kota Tua Jakarta dapat menjadi pilihan utama untuk Anda kunjungi.

Tepat pukul 09.00 WIB, ketika saya memulai perjalanan dari Stasiun Bekasi. Saya menaiki commuter line dengan tujuan akhir, Stasiun Jakarta Kota. Namun, kali ini saya tidak langsung menuju stasiun tersebut. Saya memilih untuk berhenti di Stasiun Gondangdia, satu stasiun sebelum Stasiun Gambir. Tujuan saya berhenti di Stasiun Gondangdia adalah untuk mampir dahulu ke sebuah masjid yang memiliki arsitektur khas dan unik, Masjid Cut Mutia. 


Masjid Cut Mutia, tampak luar dan dalam
Masjid Cut Mutia ini terletak di Jl. Cut Mutia 1, Jakarta Pusat, 50 meter dari pintu keluar Stasiun Gondangdia. Bangunan masjid ini tidak tampak seperti masjid pada umumnya. Kesan bangunan khas kolonial tampak saat melihat masjid ini dari luar. Memang pada awal pembuatanya, bangunan ini bukanlah sebuah masjid, melainkan sebuah kantor biro arsitek Bouwpleg (1879), yang dikenal sebagai pengembang kawasan elit sekitar Gondangdia. Bangunan ini mulai dialihfungsikan sebagai masjid pada tahun 1987, setelah sebelumnya bangunan ini sempat difungsikan sebagai kantor pos hingga kantor jawatan kereta api.


Masjid ini memiliki keunikan tersendiri. Masjid ini memiliki gaya arsitektur khas Belanda dengan bagian atas menara berbentuk persegi empat. Masjid berlantai dua ini setiap sisinya memiliki tiga buah jendela dengan hiasan kaligrafi di sekeliling gedungnya. Salah satu keunikan lainnya, terletak pada mihrab di samping kiri saf salat dan posisi saf yang terletak miring karena memang bangunan ini tidak langsung menghadap kiblat.


Posisi saf yang miring

Monday, 7 September 2015

Kedai Filosofi Kopi: "Temukan dirimu di sini"



"Temukan dirimu di sini."

Sebuah tagline dari salah satu film Indonesia yang rilis April Tahun ini. Pecinta film Indonesia pastinya tidak asing dengan tagline yang satu ini. Sebuah film yang diangkat dari cerita pendek karya Dewi Lestari yang berjudul sama, yakni Filosofi Kopi. Memang film Filosofi Kopi tidak hanya meninggalkan kesan bagi penikmat film Indonesia, tetapi juga para penikmat kopi. Kedai Filosofi Kopi adalah sebuah kedai kopi "peninggalan" film ini. Ya, sebuah kedai kopi yang awalnya dibuat untuk keperluan shooting film, namun tetap dipertahankan sehingga Anda dapat merasakan suasana kedai kopi secara nyata sebagaimana Anda lihat di film tersebut. Tidak heran jika kedai kopi ini menjadi salah satu coffee shop yang sedang hits di Jakarta. 




Kedai Filosofi Kopi terletak di area Melawai Blok M, Jakarta Selatan. Jika Anda bukan anak Blok M, mungkin anda akan membutuhkan usaha ekstra untuk menemukan kedai kopi ini. Kedai kopi ini terletak di Jalan Melawai 6, tepatnya di seberang M Hotel Melawai. Kedai kopi ini tidak terlihat mencolok dari penampakan luarnya, sehingga jika tidak berhati-hati, mungkin Anda akan melewatkan kedai kopi ini. Namun, Anda dapat menemukan standing banner "Filosofi Kopi" yang dipajang depan kedai untuk mempermudah menemukan kedai kopi ini.
Kedai Filosofi Kopi yang menempati lantai dasar bangunan lawas sekitaran Melawai
Mitos kah???
Kedai kopi ini menempati lantai dasar dari bangunan bertingkat yang nampaknya tidak terawat dengan baik. Dinding kaca yang bertuliskan kata-kata menghiasi bagian depan kedai kopi ini, menjadi penanda khas kedai kopi ini, selain standing banner "Filosofi Kopi" tentunya. Begitu masuk kedai ini, Anda akan disuguhkan suasana kedai yang persis disajikan di dalam film tersebut, seluruh detail interior masih dipertahankan sama dengan filmnya. Interior kedai kopi yang mewarnai tiap sudutnya terlihat sangat minimalis dan sederhana. Walaupun terlihat minimalis dan tidak terlalu luas untuk sebuah coffee shop, kedai ini tidak melupakan estetikanya. Dinding batu bata dan interior kayu menghiasi sebagian besar kedai ini. Tidak lupa pula, meja kecil beserta kursi besi menghadirkan kesan lawas pada kedai kopi ini. Sepasang meja panjang di tengah menjadi pusat perhatian di kedai kopi ini. Di sinilah tempat semua pesanan Anda diracik. Suasana yang dihadirkan kedai kopi ini mampu membuat Anda terjebak dalam dunia Filosofi Kopi, sebagaimana tersaji dalam filmnya. Mungkin bedanya, Anda tidak dapat menemukan Ben yang sedang meracik kopi, maupun Jody di depan meja kasir. Namun, jangan kecewa, karena mereka terkadang main ke kedai kopi ini untuk melayani pelanggan secara langsung. Hmm... sungguh langkah promosi yang menarik.

Single shot espresso (20K)
Hot red velvet (32K)
Menu yang disajikan di kedai kopi selayaknya coffee shop lainnya. Anda dapat memesan espresso based seperti espresso, cappucino, latte, dan sebagainya, atau pun hanya sekedar mencicipi hangatnya kopi tubruk. Bagi Anda yang kurang menyukai kopi, di sini pun tersedia pilihan non coffee, seperti chocolate, green tea latte maupun red velvet. Anda dapat memesanya dalam keadaan dingin maupun hangat. Bagi Anda yang ingin kunyah-kunyah cantik, di sini juga tersedia snack yang dapat dipesan, tetapi memang tidak telalu banyak pilihan. Kalau Anda galau mau pesan apa, Anda bertanya langsung kepada baristanya. Barista di kedai kopi ini tidak hanya bisa meracik saja, tetapi juga tahu tentang kopi, dapat Anda jadikan referensi pesanan Anda. Saat saya berkesempatan mengunjungi Kedai Filosofi Kopi, saya memesan single espresso dan hot red velvet. Sensasi rasa asam espressonya bikin mata melek. Hot red velvet yang katanya menjadi salah satu minuman favorit di sini pun layak untuk dicoba, rasa enak dan bikin nagih. Tidak heran banyak yang menyukai menu yang satu ini.Berhubung saat itu lambung saya gatel lapar, saya juga memesan churros dan waffle sekaligus. Hehehe :) Churros-nya fluffy dan chocolate sauce-nya enak. Waffle-nya pun tidak kalah enak dan porsinya juga besar. Untuk harga, tidak usah ragu. Di sini harga relatif terjangkau. Untuk harga minuman bervariasi mulai dari Rp. 18.000,- hingga Rp. 40.000,00, begitu pula snack nya pun relatif terjangkau, mulai dari Rp. 18.000,- hingga Rp. 35.000,00,-. Jika Anda tidak terlalu suka dengan suasana yang crowded, sebaiknya jangan datang pada malam hari karena semakin malam semakin ramai pula penunjungnya. Bagi Anda yang pemburu wifi, mungkin kedai ini kurang cocok bagi Anda, karena memang kedai kopi ini tidak menyediakan fasilitas tersebut.
  Waffle (35K)
Churros (20K)
Suasana yang dibangun kedai kopi ini membuat Anda dapat merasakan dunia Filosofi Kopi, sebagaimana tersaji di filmnya. Kedai kopi ini mampu menghadirkan suasana yang cozy untuk sekedar nongkrong dan chit-chat bersama teman Anda. Bagi pecinta kopi, jangan ragu untuk memasukan Kedai Filosofi Kopi ke dalam list coffee shop favorit Anda.




Informasi:
Kedai Filosofi Kopi
Jl. Melawai VI, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Depan M Hotel Melawai
Jam buka 10.00-22.00 WIB
twitter: @filkopstore_id

Friday, 4 September 2015

Sate Kere, Legenda Sate dari Solo


Sate kere, mungkin beberapa masih belum mengetahui kuliner yang satu ini. Sate kere merupakan makanan khas dari Solo yang wajib dicoba jika Anda mengunjungi kota ini. Sate kere adalah sate yang terbuat dari tempe gembus (tempe yang dibuat dari ampas tahu). Istilah kere itu sendiri berasal Bahasa Jawa yang berarti orang miskin yang mengemis. Usut punya usut, konon dahulu, sate daging merupakan makanan mewah yang hanya bisa disantap oleh kalangan bangsawan. Hal itu membuat masyarakat kalangan bawah tidak mampu untuk menyantapnya. Mereka pun terdorong untuk membuat makanan yang sejenis yang terbuat dari bahan yang lebih murah, yaitu ampas tahu. Akhirnya, sate inilah yang dikenal sebagai sate kere (satenya orang miskin). :))

Walaupun sederhana, yang penting enak :)
Salah satu penjual sate kere yang terkenal di Solo adalah Yu Rebi. Sate kere Yu Rebi bahkan telah menjadi ikon kuliner wajib kota Solo. Sate kere Yu Rebi yang terletak di Jalan Kebangkitan Nasional, ini sudah merintis usahanya sejak tahun 1986. Warung yang terletak di pinggir jalan ini tidak berukuran besar dan jauh dari kesan mewah. Walaupun terasa sangat sederhana, namun pelanggan Sate Kere Yu Rebi sangatlah ramai. Jika datang saat jam makan siang, terkadang kita harus bersabar karena menunggu beberapa waktu untuk mengantri tempat.

Suasana Warung Sate Kere Yu Rebi, Jl. Kebangkitan Nasional, Solo.
Kini, Yu Rebi memiliki dua warung yang keduanya terletak di Jalan Kebangkitan Nasional. Cabang pertama berada di Teposanan (belakang Stadion Sriwedari, Solo), timur perempatan RS Jiwa Mangkujayan, yang buka pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Sedangkan, cabang kedua berada di Penumping, barat perempatan RS Jiwa Mangkujayan, yang buka mulai pukul 19.00-22.00 WIB. Selain itu, sate kere Yu Rebi juga memiliki cabang di Gladag Langen Bogan (Galabo), sentra wisata kuliner kota Solo.

Sate Kere Yu Rebi sudah melegenda dengan kelezatanya. Bahan dasar sate yang menggunakan tempe gembus, membuat sate ini terasa lebih empuk dibanding sate lainya. Rasa manis sate ini berasal dari bahan dasar yang sebelumnya dimasak dengan bumbu bacem hingga meresap dan kemudian dibakar di atas bara api. Tidak lupa dengan guyuran bumbu sambal kacang beserta irisan cabai rawit menambah cita rasa gurih dan pedas. Uniknya, bumbu kacang tidak ditumbuk sampai benar-benar halus, seperti layaknya bumbu kacang sate madura. Sambal kacang sate ini masih mempunyai tekstur kasar karena memang tidak ditumbuk sampai halus. Gurihnya sambal kacang yang berpadu dengan manisnya sate memberikan memberikan sensasi tersendiri saat menyantapnya. Tidak heran karena kelezatanya, Pak Presiden RI, Joko Widodo, yang dahulunya merupakan Walikota Solo ini ternyata juga sangat menyukai sate yang satu ini. 

Sate campur, Rp 30.000,00/porsi
Untuk mencicipi sate kere Yu Rebi, Anda harus siap-siap merogoh kocek yang lumayan dalam. Satu porsi sate kere dihargai Rp 15.000,00. Selain sate kere, di sini juga menjual sate dengan bahan dasar daging atau pun jeroan sapi. Jeroan yang tersedia, antara lain kikil, ginjal, babat, iso, ati hingga torpedo. Tentunya, Anda harus siap-siap merogoh kocek lebih dalam lagi, karena satu porsi sate daging/ jeroan/ campur dihargai Rp 30.000,00/porsi. Untuk sate campur, Anda akan mendapat 10 tusuk sate komplit, mulai dari tempe gembus, daging hingga aneka jeroan. Harga yang diberikan belum temasuk dengan nasi putih. Di sini juga tersedia makanan lain, seperti gado-gado dan sop buntut, tetapi tetap paling rekomen di sini ya sate kere dan sate jeroannya. Memang tidak seperti namanya, harga yang diberikan terbilang cukup mahal untuk 10 tusuk sate. Namun harga yang harus dibayarkan sesuai dengan kenikmatan yang dirasakan saat mencicipi sate ini. Tidak salah bagi Anda untuk memasukan kuliner yang satu ini ke dalam list kuliner wajib Anda saat mengunjungi kota Solo.

Informasi:
Sate Kere Yu Rebi
Jl. Kebangkitan Nasional, Solo
Cabang 1 Teposanan (belakang Stadion Sriwedari), timur perempatan RS Jiwa Mangkujayan
Buka pukul 10.00-16.00 WIB.
Cabang 2 Penumping, barat perempatan RS Jiwa Mangkujayan
Buka mulai pukul 19.00-22.00 WIB
Cabang lainnya: Gladag Langen Bogan (Galabo)

Saturday, 15 August 2015

Posong, Pos Kosong di Kaki Gunung Sindoro


Posong, mungkin banyak yang belum tahu mengenai tempat ini. Posong merupakan salah satu tempat wisata alam yang terletak di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, tepatnya di lereng Gunung Sindoro. Posong berasal dari pos sing kosong (dalam bahasa Jawa, yang berarti pos yang sudah kosong). Konon, dahulu Posong ini merupakan salah satu pos gerilya yang didirikan Pangeran Diponegoro saat melawan Belanda. Pos ini diduga mempunyai peranan yang penting dalam pergerakan Pangeran Diponegoro, sehingga Belanda mencoba untuk menyerang pos ini. Namun, apa yang diduga, saat Belanda berhasil mengepung pos ini, mereka menjumpai pos ini kosong dan sudah ditinggalkan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya. Dari situlah, kata Posong berasal. Ternyata unik juga ya. :))
Menikmati sunrise dengan hamparan tanaman tembakau
Posong menawarkan pemandangan alam yang luar biasa indah karena dari sini kita dapat melihat keindahan tujuh puncak gunung sekaligus, yaitu Gunung Sumbing, Merapi, Merbabu, Telomoyo, Andong, Ungaran dan Muria, dengan latar belakang Gunung Sindoro. Posong juga menyuguhkan sunrise yang istimewa. Kita dapat melihat momen matahari terbit dari sini, disertai hamparan "taman" awan dengan pemandangan tujuh gunung yang berdiri dengan kokohnya. Pemandangan malam pun tidak kalah indah, kita bisa melihat dan menikmati Milky Way dengan jelas dari sini.
Gunung Merapi, Merbabu mengintip di balik Gunung Sumbing
Latar belakang Posong berupa Gunung Sindoro nan kokoh

Salah satu gardu pandang, dengan latar belakang Gunung Sindoro
Uniknya, untuk mencapai objek wisata ini yang terletak di ketinggian 2.000 mdpl ini, kita tidak perlu melakukan trekking. Tempat ini dapat dijangkau dengan mudah dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal ini membuat tempat ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga.
Wisatawan membutuhkan 15 menit perjalanan untuk mencapai tempat ini dari gerbang masuk tempat wisata. Namun sebelumnya, kita harus menempuh jalanan yang berliku dan berbatu. Perjalanan menuju Posong pun menyajikan pemandangan yang tidak kalah indahnya, yakni berupa hamparan kebun tanaman kopi dan tembakau.
Fasilitas yang tersedia di sini tergolong cukup lengkap. Di sini tersedia beberapa gardu pandang, musholla, tempat parkir mobil dan motor, kamar kecil atau pun warung untuk sekedar ngopi atau pun cemal-cemil. Untuk masuk ke tempat wisata ini, kita hanya perlu membayar Rp 7.000,00/orang, yang dibayarkan saat memasuki gerbang masuk tempat wisata.
Berwisata alam ke Posong sebaiknya dilakukan di subuh hari (04.00 WIB), sebelum matahari terbit. Selain dapat melihat momen matahari terbit, datang lebih awal juga lebih mudahkan untuk mendapatkan tempat parkir. Jangan lupa untuk mempersiapkan pakaian tebal karena udara di sini sangat dingin. Hindari datang ke sini ketika hari beranjak siang karena tempat ini akan tertutup kabut, sehingga kita tidak bisa mendapatkan pemandangan yang terbaik. Waktu yang tebaik untuk mengunjungi Posong adalah saat musim kemarau (April- Oktober).
Jika ingin berkemah, kita dapat menghubungi langsung pengelola tempat wisata. Tentunya, kita akan dikenakan biaya tambahan. Beberapa pengelola wisata sudah menyediakan paket wisata Posong, selain menyediakan home stay bagi wisatawan, kita pun dapat menikmati kegiatan outdoor lainnya seperti flying fox, outbound hingga trekking di sini.


Posong dengan segala pesona alamnya yang indah membuat Anda wajib memasukan Posong sebagai alternatif wisata Anda selanjutnya.
Beberapa foto yang sempat saya abadikan. Aslinya tentu jauh lebih indah. :))



#OOT
Selain untuk wisata keluarga, di sana juga enak buat pacaran kok... Ehheehhe... :)



Informasi:
Wisata Alam Posong
Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung

Monday, 10 August 2015

Dieng Cinema, Jejak Bioskop Lawas di Wonosobo


Waktu menunjukan pukul setengah tiga sore, saat saya memarkirkan motor saya di sebuah gedung yang nampaknya terawat dengan baik. Gedung itu merupakan sebuah gedung bioskop. Saya memang telah mendengar bahwa ada gedung bioskop di Wonosobo. Ntah kenapa, hari itu, secara random banget, saya tiba-tiba ingin menonton film dan bioskop inilah yang terlintas dalam pikiran saya. Akhirnya setelah pekerjaan hari itu selesai, saya memutuskan untuk mencari tahu dimana bioskop itu berada.

Dieng Cinema merupakan satu-satunya gedung bioskop yang ada di Wonosobo. Bioskop ini terletak di Jl. Sruni, Karangkajen, Wonosobo. Bioskop ini cukup mudah ditemukan, walaupun letaknya tidak berada di pinggir jalan besar. Saat saya tiba di sana, tampak sebuah gedung yang terlihat baru dengan parkiran yang cukup ramai. Terdapat sebuah poster film berukuran besar terpampang pada salah satu dindingnya.


Gedung bioskop tampak depan
Bioskop berada satu tempat dengan arena futsal
Ternyata, yang membuat parkiran ramai karena bioskop ini berada satu kompleks dengan arena futsal. Saya mencoba melihat sekeliling, mencari letak teater bioskop berada. Sempat terpikirkan kalau saya salah tempat, atau mungkin bioskopnya memang sudah tutup karena memang tidak ada petunjuk yang cukup membantu. 

Tiba-tiba, seorang wanita berkerudung putih menanyakan, "Mau nonton, mas?"
"Oooo... iya mba, di sini ada bioskop ya mbak? Masi buka kah?" tanyaku.
"Oh masi mas, tapi filmnya udah mulai dari jam setengah dua tadi mas. Kalo mas-nya mau nonton, masi ada sejam-an lagi mas filmnya." jelasnya.
"Memangnya lagi muter film apa ya mba?" tanyaku lagi.
"Jurassic World, mas." jawab wanita berkerudung putih itu.

Salah satu pojok bioskop dengan jadwal film yang sedang tayang
Dieng Cinema hanya memiliki satu buah teater. Bioskop ini hanya memainkan satu film yang sama setiap minggunya. Untuk minggu itu, film yang sedang diputar adalah Jurassic World. Film ini sebenarnya sudah tayang di bioskop besar sekitar 2 bulan lalu. Film yang tayang di sini memang tidak update. Bioskop ini biasanya memutar film sudah lama tayang di bioskop besar, dan umumnya sudah turun layar atau pun sudah ada rip-anya di ganool. Hehehe. Jadi, jangan berharap bisa menonton Ant-man, Mission Impossible atau film lainnya yang sedang now showing di bioskop besar lainnya. Lama tayangnya pun tidak tentu, tergantung banyaknya penonton tiap harinya. Kalau memang banyak yang nonton, ya film itu akan tayang lebih lama.

Mbak Ayu, nama wanita berkerudung putih yang sudah bekerja sekitar 6 bulan di bioskop ini menjelaskan bahwa bioskop ini sudah ada sejak lama. Usut punya usut, konon bioskop ini sudah ada sejak 1988. Bioskop ini termasuk salah satu bioskop lama non-21 yang ada di Jawa Tengah. Bioskop lainnya tersebar di Purwokerto, Semarang, Brebes, Tegal hingga Magelang. Beruntung, bioskop ini merupakan salah satu yang masih dipertahankan. Banyak bioskop lainnya yang sudah ditutup, bahkan gedungnya sudah dialihfungsikan.

Bioskop di Wonosobo ini masuk masa jayanya pada sekitar tahun 1990-an. Sekitar awal 2000-an, bioskop ini hampir benar-benar bangkrut. Perkembangan film indonesia, yang dipelopori film Ada Apa dengan Cinta? membuat bioskop ini mampu bertahan hingga kini. Penonton mulai berbondong-bondong kembali mendatangi bioskop. Bioskop pun mulai mendapat untung dari penjualan tiket.

Pihak bioskop harus pintar memilih film apa yang akan diputar, mengingat tidak setiap film yang diputar akan ramai dibanjiri penonton. Oleh sebab itu, umumnya mereka memilih untuk memutar film-film box office. Selain karena master film lebih mudah didapat, juga karena film tersebut diharapkan mampu mendatangkan penonton yang banyak, sehingga biaya operasional bioskop dapat ditutupi. Rata-rata film yang diputar di sini adalah film Hollywood. Apabila yang diputar film barat, penonton biasanya lebih ramai dibanding dengan film Indonesia. Seingat Mba Ayu, film Indonesia terakhir banyak ditonton adalah Laskar Pelangi dan Habibie Ainun.
Tempat penjualan loket ( 2012). Foto: Hamid Anwar.
Sumber





Bioskop tampak depan (Oktober 2010). Foto: Bayu Leksono/ FI. Sumber
Bioskop tampak dalam (2012). Foto: Hamid Anwar. Sumber

Usai memberondong dengan Mba Ayu dengan banyak pertanyaaan, saya pun membeli tiket masuk. Harga tiket masuk bioskop sebesar Rp. 20.000,00. Harganya lebih murah dibanding harga tiket di bioskop besar. Harga tiket ini berlaku setiap hari, weekend pun harganya sama. Tiketnya hanya berbentuk sobekan kertas dan tidak ada monitor di tempat penjualan tiket selayaknya bioskop kekinian. Setelah membeli tiket, Mba Ayu membuka pintu dan mempersilahkan masuk, "Silahkan, mas. Lewat sini saja. Boleh duduk di mana saja mas."

Penampakan loket penjualan tiket
Bagian dalam bioskop Dieng 3D Cinema
Penampakan kursi bioskop. 11-12 dengan Blitzmegaplex lah :))
Saya pun masuk ke dalam teater dan mulai mengamati keadaan sekeliling. Keadaan dalam bioskop memang tidak berbeda jauh dengan bioskop pada umumnya. Kursi penonton di dalam teater tersusun bertingkat dan sebuah pintu masuk utama dengan pintu keluar yang berada pada sebelah kanan dan kiri studio. Hanya saja, layar di sini tampak lebih gelap, kursi penonton yang dari kayu dengan busa yang tidak se-empuk bioskop kebanyakan, pintu keluar yang hanya ditutupi kain hitam, sehingga cahaya sesekali masuk ke dalam bioskop. Pencahayaan dan sound system di sini pun sangat sederhana.

Penonton di dalam studio sangat sedikit. Kurang lebih ada 11 orang yang menonton film saat itu, ada 5 pasang muda-mudi yang sedang asik pacaran dan saya yang masih single *peluk tas*. Kapasitas bioskop kurang lebih sekitar 200 penonton. Saya mencoba berpikir positif, mungkin karena waktu itu merupakan hari kerja, jadi yang menonton tidak banyak. Ada bagian kosong dibagian atas studio, sepertinya bekas kursi penonton juga. Mungkin kapasitas tampung bioskop ini dulu bisa lebih banyak dari sekarang.

Petunjuk pintu keluar layaknya bioskop
Scene Jurassic World. Bang Owen yang pastinya ganteng
Mba Claire tetap cantik kok dan masih pakai sepatu hak tinggi juga. Hahahah
Setelah film selesai, ternyata lampu tidak segera menyala dan tidak ada yang menyambut kita di pintu keluar selayaknya bioskop biasa. Hahahaha. Saya pun segera meninggalkan teater melalui pintu masuk utama.
"Sudah mas nontonnya?", tanya Mbak Ayu.
"Oh sudah Mbak. Heheheh.", jawabku.
"Masuk aja lagi mas, kalo mau nonton. Tadi kan sempat ketinggalan, bentar lagi mau main lagi filmnya. Buat mas, gratis." lanjut Mba Ayu.
"Makasi mbak, kapan-kapan lagi deh mbak." jawabku

Saya pun melanjutkan obrolan dengan Mbak Ayu, sambil sesekali beberapa pasangan muda mudi terlihat membeli tiket untuk penayangan berikutnya. Menurut informasi dari Mbak Ayu, bioskop ini telah sering mengalami renovasi. Sekitar 6 bulan lalu, bioskop ini kembali mengalami renovasi. Bioskop jadi terlihat lebih bersih dan rapih. Eksterior dan interior bioskop pun diperbaiki. Renovasi dilakukan dengan tetap mempertahankan gedung bioskop dengan menambahkan cafe dan arena fustal. Hal ini membuat kompleks bioskop ini terlihat lebih ramai dibanding sebelumnya.

Bioskop ini menayangkan film setiap pukul 11.00, 14.00 dan 16.00 setiap harinya. Terkadang film diputar lebih cepat sebelum jam tayang yang seharusnya. Supaya penonton bertambah ramai, bioskop ini juga melakukan inovasi dengan menayangkan film-film 3D. Bedanya, jika ingin menonton film 3D, kita harus membayar Rp 15.000,00/orang, dengan minimal 4 orang yang menonton. Kita dapat memilih tiga film 3D yang akan ditonton, dengan durasi masing-masing 10 menit. Kebanyakan film 3D yang disediakan pihak bioskop adalah film kartun. Tidak heran kalau banyak anak PAUD, TK dan SD yang "piknik" ke bioskop ini. Jika ingin menonton film 3D, kita harus datang sebelum jam tayang film reguler.

Sayangnya, bioskop ini tidak mempunyai website khusus untuk memberitahu film yang sedang tayang di sana. Facebook bioskop pun sudah tidak pernah diupdate lagi. Jadi, kalau mau tahu film apa yang diputar, kita harus datang ke bioskop langsung.
Penampakan lobby bioskop dengan Dieng Cafe (sebelah kiri)
Tidak terasa sudah sore hari, saya pun memutuskan untuk pulang. Senangnya bisa merasakan suasana menonton film di sebuah bioskop yang terhitung bioskop lawas. Bioskop ini dapat dijadikan alternatif hiburan warga Wonosobo dan sekitarnya, yang secara geografis memang terletak jauh dengan kota besar lainnya di Jawa Tengah. Mudah-mudahan kapan-kapan bisa mampir ke sini lagi. Hehehe.

*Update Desember 2015*

Kemarin sempat beberapa kali ke Dieng Cinema, tetapi tidak ada aktifitas yang berarti di teaternya. Poster-poster yang biasanya dipajang di dindingbioskop sudah tidak ada. Sempat cemas dan menebak-nebak, jangan-jangan bioskop sudah tutup (?) Tidak ada pegawai di sana yang dapat mintai konfirmasi.

Syukurlah... hari ini saya telah mendapatkan jawabannya.
Bioskop Dieng Cinema ternyata masih buka. Hanya saja untuk beberapa minggu ini belum ada film yang diputar. Kemungkinan film baru ada di akhir tahun ini. Namun, belum tahu film apa yang akan diputar di sini.

Hmm... jadi ditunggu saja update-annya ya.


Dieng Cinema
Jl. Sruni, Karangkajen, Wonosobo
HTM Rp 20.000,00 (weekdays dan weekend) 
Jadwal tayang film reguler pukul 11.00, 14.00,16.00* dan film 3D sesuai request
*fleksibel. LOL.